♦ Allah Tumbuhkan lagi Rahimku ♦
Apa jadinya bila wanita terpaksa harus kehilangan rahimnya? Kenyataan
pahit ini saya alami sendiri. Dokter kandungan memutuskan untuk
mengangkat rahim saya karena myoma yang bersarang di dalamnya. Saya
langsung limbung, pikiran mendadak linglung. Saya tak sanggup
membayangkan harus kehilangan mahkota saya di usia 29 tahun.
Hingga suatu ketika, Allah menyadarkan saya lewat bencana tsunami Aceh
pada Desember 2004. Saya terhenyak melihat kapal laut dengan berat
berton-ton bisa terhempas dari laut ke daratan di tengah kota, dan
banyaknya korban yang bergelimpangan akibat dahsyatnya terjangan
tsunami. Allahu Akbar! Allahu ‘ala kulli syai’in qodiir!
Sejak kejadian itu, saya berpikir kenapa saya harus takut
kehilangan rahim yang jelas-jelas ciptaan Allah? Bila memang sudah
ketentuan-Nya rahim ini harus diangkat maka yang harus saya lakukan
hanyalah ikhlas.
Akhirnya, di awal 2005 saya mantap
menjalani operasi pengangkatan rahim. Sebelumnya, saya berusaha
menyelesaikan semua pekerjaan saya. Sebab umur tidak ada yang tahu,
kalau ajal menjemput saya pada saat operasi, setidaknya saya sudah
menunaikan tanggung jawab saya.
Tanpa terasa, sebulan pasca
operasi berlalu. Saya jalani hari demi hari dengan penuh kepasrahan.
Saya ikhlas ketika menyadari tak bisa lagi menstruasi. Pupusnya rencana
memberi adik untuk anak semata wayang pun saya berusaha menerimanya
dengan lapang hati.
Tapi tak bisa dipungkiri, tanpa rahim di
tubuh membuat saya merasa tak berharga di hadapan suami. Ketika saudara
atau kerabat menanyakan kapan kemungkinan saya memiliki anak lagi, hati
saya tertoreh. Wallahu 'alam, hanya itu yang bisa saya gumamkan.
Namun, diam-diam hati ini masih menyimpan harapan. Setiap usai shalat saya berdoa, “Ya Allah tak ada yang mustahil bagi-Mu untuk menyempurnakan kembali fisik hamba ini. Amin”
Saya panjatkan doa itu sambil membayangkan tayangan tsunami Aceh di
televisi yang memperlihatkan betapa mudahnya bagi Allah menciptakan dan
menghancurkan sesuatu bila Dia telah berkehendak.
Dua bulan kemudian, sebuah keajaiban terjadi. Subhanallah,
saya menstruasi! Langsung saja saya periksa ke dokter. Melihat kondisi
saya, dokter heran. Sebab, darah yang keluar benar-benar darah haid.
Padahal
secara medis setelah rahim diangkat tidak mungkin lagi saya bisa
menstruasi, apalagi hamil. Saya pulang dan bersyukur atas anugerah yang
Allah berikan. Tak hentinya saya mengucap, “Wallahu‘ala kulli syai’in qodir.”
Saya lalui hari dengan penuh syukur, sampai suatu saat menstruasi
saya tak kunjung datang lagi. Kekhawatiran muncul, apakah sudah saatnya
saya benar-benar tidak subur seperti wanita lain? Saya kembali ke dokter
dengan dag-dig-dug walau tetap pasrah apa pun yang terjadi.
Tapi tahukah pembaca? Air mata ini seperti berebut keluar ketika mendengar diagnosa dokter, saya dinyatakan positif hamil! Subhanallah! Dari hasil USG terlihat rahim dan ovarium saya utuh kembali tanpa tanda-tanda pernah mengalami suatu penyakit.
Allahu Akbar. Alhamdulillah, ya Rabb, tidak ada yang tidak mungkin bagi-Mu. Cinta-Mu selalu luar biasa untuk diri ini.
Kisah ini dimuat di : Ummi Online dan Grup Aku Ingin Hamil
Semoga bermanfaat...
***
(AniqAds. Aqilla Kenari)
Facebook.com/AniqUniq - Twitter (@bundaniq)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !