Boleh Belanja di Mal,
Jangan Lupakan Belanja di Tetangga
Jangan Lupakan Belanja di Tetangga
Melatih
memprioritaskan kebutuhan, menumbuhkan pengertian dan memacu
kreativitas menambah penghasilan, bila dilakukan bersama keluarga.
Siang sedang dirundung mendung ketika suara seorang ibu tiba-tiba
terdengar menyita perhatian. Dari suara percakapan yang dilakukannya di
telepon genggam, dapat didengar bahwa ia akan pergi berbelanja dan
bermaksud mengundang teman-temannya untuk turut pergi berbelanja
dengannya.
Selang beberapa menit, beberapa orang ibu-ibu yang juga masih merupakan warga di sekitar rumah, berkumpul di depan rumah si ibu tadi. Setelah berkumpul, mereka pun pergi bersama untuk belanja di mal.
Pergi berbelanja bersama ke pusat perbelanjaan (mal) menjadi kecenderungan tersendiri bagi beberapa kelompok ibu-ibu atau perempuan. Bahkan sebuah pesan singkat (sms) yang isinya juga mengajak makan bersama di sebuah mall, menyelipkan pesan, “Kalau bisa jangan ajak anak.”
Maka, jadilah pemandangan yang biasa kita lihat, sekelompok ibu-ibu berada di mal tanpa anak dan suami mereka.
Plus Minus Belanja
Mari kita sama-sama berbaik sangka bahwa suami mereka mengizin-kan dan anak-anak mereka tengah belajar di sekolah. Namun, ada beberapa hal yang kiranya perlu kita perhatikan ketika menyikapi kecenderungan belanja bersama ini.
Dari tinjauan ekonomis, berbelanja seperti ini memiliki segi positif dan negatifnya. Positifnya, akan membuat kita memiliki pengetahuan tentang variasi dan produk baru, sehingga tersedia banyak pilihan sesuai kebutuhan dan kemampuan.
Namun, hal itu juga dapat membuat kita terkena penyakit “lapar mata” alias ingin membeli produk yang sebenarnya tak ingin kita beli atau bahkan tidak kita perlukan. Belanja bersama di mal pun biasanya juga didasari alasan, sedang ada diskon.
Padahal, kita sama-sama tahu bahwa diskon adalah salah satu cara pedagang menarik minat pembeli. Tanpa kita sadari, diluar barang diskon tersebut, ada barang yang banyak dibutuhkan konsumen, dijual dengan harga yang lebih tinggi.
Namun, karena sudah terlanjur pergi bareng, kita menjadi malas untuk mencari kembali barang-barang yang dibutuhkan tersebut di tempat lain. Bahkan tak sadar, membeli semua barang-barang yang dibutuhkannya tanpa mengecek kembali harganya.
Belanja bersama pun biasanya dibarengi dengan agenda makan bersama. Tak berlebihan, bila ini merupakan ajang rekreasi bagi para ibu yang mungkin terlalu letih dengan rutinitias pekerjaan di rumah.
Namun demikian, bila semua ibu sudah berbelanja bersama di mal, maka kapan berbelanja di warung milik tetangga atau berbelanja di pasar yang notabene penjualnya juga orang-orang yang tinggal berdekatan dengan kita?
Bila mungkin berbelanja di warung tetangga lebih mahal karena modal mereka juga tak cukup besar untuk memberi diskon, buatlah daftar belanja tentang apa saja yang harus dibeli di mal dan apa yang masih dapat dibeli di warung tetangga.
Karena, perhatian dan kasih sayang tetangga tentu lebih mahal harganya dibanding selisih dua atau limaratus rupiah harga barang di supermarket.
Kita tentu tahu bahwa Rasulullah Shallahu ‘Alahi Wa Sallam (SAW) sangat memperhatikan masalah berbuat baik pada tetangga. Maka, ketika berbuat baik pada tetangga telah menjadi sebuah tuntunan, pada saat yang sama, mencegah penderitaan yang mengancamnya tentu menjadi masalah yang tidak boleh ditunda.
Karena, kita semua hampir memaklumi bahwa tetangga-tetangga kita yang membuka warung di rumahnya tentu berharap penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Bahkan tak jarang, tetangga kita membuka warung sebagai usaha yang diandalkan manakala kepala keluarga dikeluarkan dari pekerjaan. Maka menjadi keharusan bagi kita untuk lebih banyak mengalokasikan dana untuk meningkatkan usaha mereka dengan membeli dari mereka.
Juga sebagai bentuk kewajiban kita untuk mencegah mereka dari penderitaan yang mengancam. Sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda dalam sebuah riwayat Bukhari dari Aisyah Radhiallahu Anhu (Ra), “ Jibril terus memberiku wasiat (untuk selalu baik) pada tetangga sampai aku mengira bahwa ia akan menjadikannya pewaris”.
Memupuk Pengertian
Berbelanja bersama antar ibu-ibu satu kompleks mungkin dapat mengeratkan silaturahmi dan mengikat kebersamaan. Namun, sahabat Rasul dan juga Rasul SAW sendiri adalah orang-orang yang biasa berbelanja untuk keluarga mereka.
Merekalah yang bertugas ke pasar untuk membeli kebutuhan rumah tangga. Karena itu, bila para suami tidak dapat pergi sendiri utnuk membeli kebutuhan keluarga, minimal pergi bersama mereka ketika berbelanja.
Hal ini penting pula diketahui oleh para suami atau para ayah karena selain dapat melindungi istri-istrinya dari hal-hal yang tidak diinginkan, mereka juga wajib mengetahui kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi dan berapa harga yang harus dibayar untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Sehingga suami dapat membantu memberikan pertimbangan dalam pengelolaan anggaran keluarga.
Belanja bersama keluarga juga akan memberikan pelajaran sekaligus latihan yang berharga bagi anak-anak kita untuk dapat memprioritaskan barang mana yang akan dibeli sekaligus membatasi keinginan.
Jadikanlah kesempatan berbelanja bersama menjadi tempat yang baik bagi kita untuk memberikan pengertian kepada anak tentang apa yang penting mereka beli. Sehingga kita pun terhindar dari beban untuk selalu menuruti keinginan anak sekaligus menghindarkan keluarga dari perilaku boros dan berlebihan.
Sebagaimana yang telah Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT) peringatkan dalam surat Al-Israa ayat 26-27;”... dan janganlah kamu menghamburkan-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Rabbnya.”
Selain melatih anak-anak untuk dapat memprioritaskan kebutuhan, berbelanja bersama keluarga tentu juga akan melatih diri kita sendiri memprioritaskan mana yang kita butuhkan.
Daftar belanja yang telah disusun bersama di rumah, juga sangat membantu mengetahui berapa barang yang dibutuhkan dan besaran anggaran yang kita miliki.
Akan sangat lebih baik, jika acara berbelanja bersama juga dimanfaatkan untuk melihat peluang-peluang baru untuk mencari penghasilan tambahan. Bila di mal, pernak-pernik, kotak kado, kotak hantaran yang dapat kita buat di rumah berharga mahal, maka inilah kesempatan untuk membuat benda yang cantik dengan harga yang lebih murah.
Atau kesempatan berbelanja di mal dapat kita gunakan untuk melihat mode-mode fashion terbaru untuk membuat desain busana Muslimah yang lebih cantik tapi tetap syar’i.
Sehingga, kita tak hanya pintar-pintar memprioritaskan kebutuhan, tetapi juga sekaligus terdorong untuk memproduksi dan mengkreasi berbagai barang kebutuhan.
Selang beberapa menit, beberapa orang ibu-ibu yang juga masih merupakan warga di sekitar rumah, berkumpul di depan rumah si ibu tadi. Setelah berkumpul, mereka pun pergi bersama untuk belanja di mal.
Pergi berbelanja bersama ke pusat perbelanjaan (mal) menjadi kecenderungan tersendiri bagi beberapa kelompok ibu-ibu atau perempuan. Bahkan sebuah pesan singkat (sms) yang isinya juga mengajak makan bersama di sebuah mall, menyelipkan pesan, “Kalau bisa jangan ajak anak.”
Maka, jadilah pemandangan yang biasa kita lihat, sekelompok ibu-ibu berada di mal tanpa anak dan suami mereka.
Plus Minus Belanja
Mari kita sama-sama berbaik sangka bahwa suami mereka mengizin-kan dan anak-anak mereka tengah belajar di sekolah. Namun, ada beberapa hal yang kiranya perlu kita perhatikan ketika menyikapi kecenderungan belanja bersama ini.
Dari tinjauan ekonomis, berbelanja seperti ini memiliki segi positif dan negatifnya. Positifnya, akan membuat kita memiliki pengetahuan tentang variasi dan produk baru, sehingga tersedia banyak pilihan sesuai kebutuhan dan kemampuan.
Namun, hal itu juga dapat membuat kita terkena penyakit “lapar mata” alias ingin membeli produk yang sebenarnya tak ingin kita beli atau bahkan tidak kita perlukan. Belanja bersama di mal pun biasanya juga didasari alasan, sedang ada diskon.
Padahal, kita sama-sama tahu bahwa diskon adalah salah satu cara pedagang menarik minat pembeli. Tanpa kita sadari, diluar barang diskon tersebut, ada barang yang banyak dibutuhkan konsumen, dijual dengan harga yang lebih tinggi.
Namun, karena sudah terlanjur pergi bareng, kita menjadi malas untuk mencari kembali barang-barang yang dibutuhkan tersebut di tempat lain. Bahkan tak sadar, membeli semua barang-barang yang dibutuhkannya tanpa mengecek kembali harganya.
Belanja bersama pun biasanya dibarengi dengan agenda makan bersama. Tak berlebihan, bila ini merupakan ajang rekreasi bagi para ibu yang mungkin terlalu letih dengan rutinitias pekerjaan di rumah.
Namun demikian, bila semua ibu sudah berbelanja bersama di mal, maka kapan berbelanja di warung milik tetangga atau berbelanja di pasar yang notabene penjualnya juga orang-orang yang tinggal berdekatan dengan kita?
Bila mungkin berbelanja di warung tetangga lebih mahal karena modal mereka juga tak cukup besar untuk memberi diskon, buatlah daftar belanja tentang apa saja yang harus dibeli di mal dan apa yang masih dapat dibeli di warung tetangga.
Karena, perhatian dan kasih sayang tetangga tentu lebih mahal harganya dibanding selisih dua atau limaratus rupiah harga barang di supermarket.
Kita tentu tahu bahwa Rasulullah Shallahu ‘Alahi Wa Sallam (SAW) sangat memperhatikan masalah berbuat baik pada tetangga. Maka, ketika berbuat baik pada tetangga telah menjadi sebuah tuntunan, pada saat yang sama, mencegah penderitaan yang mengancamnya tentu menjadi masalah yang tidak boleh ditunda.
Karena, kita semua hampir memaklumi bahwa tetangga-tetangga kita yang membuka warung di rumahnya tentu berharap penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Bahkan tak jarang, tetangga kita membuka warung sebagai usaha yang diandalkan manakala kepala keluarga dikeluarkan dari pekerjaan. Maka menjadi keharusan bagi kita untuk lebih banyak mengalokasikan dana untuk meningkatkan usaha mereka dengan membeli dari mereka.
Juga sebagai bentuk kewajiban kita untuk mencegah mereka dari penderitaan yang mengancam. Sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda dalam sebuah riwayat Bukhari dari Aisyah Radhiallahu Anhu (Ra), “ Jibril terus memberiku wasiat (untuk selalu baik) pada tetangga sampai aku mengira bahwa ia akan menjadikannya pewaris”.
Memupuk Pengertian
Berbelanja bersama antar ibu-ibu satu kompleks mungkin dapat mengeratkan silaturahmi dan mengikat kebersamaan. Namun, sahabat Rasul dan juga Rasul SAW sendiri adalah orang-orang yang biasa berbelanja untuk keluarga mereka.
Merekalah yang bertugas ke pasar untuk membeli kebutuhan rumah tangga. Karena itu, bila para suami tidak dapat pergi sendiri utnuk membeli kebutuhan keluarga, minimal pergi bersama mereka ketika berbelanja.
Hal ini penting pula diketahui oleh para suami atau para ayah karena selain dapat melindungi istri-istrinya dari hal-hal yang tidak diinginkan, mereka juga wajib mengetahui kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi dan berapa harga yang harus dibayar untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Sehingga suami dapat membantu memberikan pertimbangan dalam pengelolaan anggaran keluarga.
Belanja bersama keluarga juga akan memberikan pelajaran sekaligus latihan yang berharga bagi anak-anak kita untuk dapat memprioritaskan barang mana yang akan dibeli sekaligus membatasi keinginan.
Jadikanlah kesempatan berbelanja bersama menjadi tempat yang baik bagi kita untuk memberikan pengertian kepada anak tentang apa yang penting mereka beli. Sehingga kita pun terhindar dari beban untuk selalu menuruti keinginan anak sekaligus menghindarkan keluarga dari perilaku boros dan berlebihan.
Sebagaimana yang telah Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT) peringatkan dalam surat Al-Israa ayat 26-27;”... dan janganlah kamu menghamburkan-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Rabbnya.”
Selain melatih anak-anak untuk dapat memprioritaskan kebutuhan, berbelanja bersama keluarga tentu juga akan melatih diri kita sendiri memprioritaskan mana yang kita butuhkan.
Daftar belanja yang telah disusun bersama di rumah, juga sangat membantu mengetahui berapa barang yang dibutuhkan dan besaran anggaran yang kita miliki.
Akan sangat lebih baik, jika acara berbelanja bersama juga dimanfaatkan untuk melihat peluang-peluang baru untuk mencari penghasilan tambahan. Bila di mal, pernak-pernik, kotak kado, kotak hantaran yang dapat kita buat di rumah berharga mahal, maka inilah kesempatan untuk membuat benda yang cantik dengan harga yang lebih murah.
Atau kesempatan berbelanja di mal dapat kita gunakan untuk melihat mode-mode fashion terbaru untuk membuat desain busana Muslimah yang lebih cantik tapi tetap syar’i.
Sehingga, kita tak hanya pintar-pintar memprioritaskan kebutuhan, tetapi juga sekaligus terdorong untuk memproduksi dan mengkreasi berbagai barang kebutuhan.
Kartika Trimarti
Ibu Rumah Tangga tinggal di Bekasi, Jawa Barat.
Ibu Rumah Tangga tinggal di Bekasi, Jawa Barat.
Suara Hidayatullah Edisi 02 | XXV | Juli 2012 / Sya’ban 1433 | Hal 68 - 69
***
(AniqAds. #SyawalSale)
Facebook.com/AniqUniq - Twitter (@bundaniq)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !