Depresi Setelah Melahirkan
Senin, 25 Maret 2013 - 13 Jumadil Awwal 1434 H
Pernah melihat ada ibu yang baru melahirkan menjadi murung?
Tiba-tiba tidak mau menyusui anaknya lagi, bengang-bengong sendiri,
bahkan sampai anaknya sendiri pun tak ingin ia sentuh, kerjaannya murung
dan kadang menangis. Jika ya, waspadalah, jangan-jangan si ibu terkena
depresi setelah melahirkan, kalo bahasa kerennya Baby Blues.
Apa sih Baby Blues?
Coba bayangkan, ketika Anda hamil, suami Anda, ibu Anda, teman Anda,
dan semua orang bergembira karena kehamilan Anda. selama 9 bulan penuh
semua perhatian tertuju pada Anda. Mau ini mau itu semua dipenuhi. Lalu
tiba-tiba setelah 9 bulan, sang bayi pun lahir. Spontan perhatian yang
dulunya tertuju pada Anda kini tiba-tiba terpusat pada si kecil.
Tiba-tiba Anda disuguhkan sebuah tanggung jawab besar untuk mengasuh seorang bayi lemah yang sangat bergantung pada Anda. Dimana Anda harus selalu memperhatikannya, menyusuinya setiap dua jam sekali, tak peduli di tengah malam sekalipun. Semua tenaga tiba-tiba hanya habis untuk mengurus si kecil. Sang suami cuma cuek bebek pulang pergi kerja tanpa tahu bahwa Anda kerepotan. Semua orang menganggap anda telah siap menjadi seorang ibu.
Well, mungkin tak akan jadi masalah jika Anda sudah menyiapkan mental jauh-jauh hari. Namun tak jarang sang ibu kaget karena kerepotan yang dirasakan jauh lebih berat dari yang diperkirakan. Kejadian seperti ini tak hanya dijumpai pada ibu ‘baru’, namun sering juga terjadi pada ibu yang telah mempunyai anak sebelumnya. Dengan anak yang bertambah banyak, tingkat kerepotan pun semakin tinggi.
Di tingkat yang lebih parah bisa jadi sang ibu tak mau menyusui si bayi, bahkan menyentuhpun tak mau. Kebanyakan dikarenakan si ibu merasa dirinya tidak berhasil menjadi seorang ibu. Si ibu merasa tak sanggup menjadi seorang ibu. Si ibu merasa ini semua terlalu berat baginya. Bahkan untuk melihat si kecil pun tak mampu, karena merasa berdosa karena tak bisa merawatnya dengan baik.
Tiba-tiba Anda disuguhkan sebuah tanggung jawab besar untuk mengasuh seorang bayi lemah yang sangat bergantung pada Anda. Dimana Anda harus selalu memperhatikannya, menyusuinya setiap dua jam sekali, tak peduli di tengah malam sekalipun. Semua tenaga tiba-tiba hanya habis untuk mengurus si kecil. Sang suami cuma cuek bebek pulang pergi kerja tanpa tahu bahwa Anda kerepotan. Semua orang menganggap anda telah siap menjadi seorang ibu.
Well, mungkin tak akan jadi masalah jika Anda sudah menyiapkan mental jauh-jauh hari. Namun tak jarang sang ibu kaget karena kerepotan yang dirasakan jauh lebih berat dari yang diperkirakan. Kejadian seperti ini tak hanya dijumpai pada ibu ‘baru’, namun sering juga terjadi pada ibu yang telah mempunyai anak sebelumnya. Dengan anak yang bertambah banyak, tingkat kerepotan pun semakin tinggi.
Di tingkat yang lebih parah bisa jadi sang ibu tak mau menyusui si bayi, bahkan menyentuhpun tak mau. Kebanyakan dikarenakan si ibu merasa dirinya tidak berhasil menjadi seorang ibu. Si ibu merasa tak sanggup menjadi seorang ibu. Si ibu merasa ini semua terlalu berat baginya. Bahkan untuk melihat si kecil pun tak mampu, karena merasa berdosa karena tak bisa merawatnya dengan baik.
Siapa bilang jadi ibu itu mudah?
Perlu banyak persiapan. Tak hanya mempersiapkan baju lucu dan
pernak-pernik untuk si kecil saja, Anda pun perlu mempersiapkan mental.
Keputusan untuk mempunyai anak harus dibarengi dengan kesiapan untuk
menjadi seorang ibu.
Anak adalah sebuah titipan kecil untuk kita. Di mana kita akan merawatnya tak hanya untuk beberapa hari, tapi bertahun-tahun. sanggupkah Anda untuk menjalani itu semua? Sanggupkah memikul tanggung jawab besar sebagai seorang Ibu?
Anak adalah sebuah titipan kecil untuk kita. Di mana kita akan merawatnya tak hanya untuk beberapa hari, tapi bertahun-tahun. sanggupkah Anda untuk menjalani itu semua? Sanggupkah memikul tanggung jawab besar sebagai seorang Ibu?
Mencegah Baby Blues
Ketika sang bayi lahir ke dunia, jangan dulu merasa bahwa Anda akan
langsung sanggup merawat si bayi. Bila Anda tinggal terpisah dari orang
tua, mintalah seorang yang lebih berpengalaman, seperti ibu atau kakak
Anda untuk menemani dalam beberapa hari setelah melahirkan. Ini bisa
sedikit meringankan beban dalam mengurus si kecil. Anda bisa mendapat
tips-tips yang berguna dalam merawat bayi dari mereka.
Marahilah suami jika dia tidak mau ikut repot dalam mengurus si kecil. Bagaimanapun juga si kecil adalah buah cinta Anda dan suami. Maka dari itu, ajaklah suami untuk berperan serta mengurus si kecil. Ajari suami cara memandikannya, mengganti popok dan hal lainnya. Agar disaat Anda kelelahan, sang suami dapat menggantikan. Atau Anda bisa melakukan itu semua bersama-sama suami. Buatlah segala kegiatan dengan si kecil jadi menyenangkan.
Jangan ragu untuk mengatakan pada suami atau ibu jika Anda sedang kerepotan. Jangan ragu untuk meminta bantuan kepada mereka. Jangan merasa malu untuk meminta bantuan untuk mengurus si kecil. Percayalah, akan terasa melegakan jika kesulitan itu dapat Anda ungkapkan. (Firmadani.com)
Marahilah suami jika dia tidak mau ikut repot dalam mengurus si kecil. Bagaimanapun juga si kecil adalah buah cinta Anda dan suami. Maka dari itu, ajaklah suami untuk berperan serta mengurus si kecil. Ajari suami cara memandikannya, mengganti popok dan hal lainnya. Agar disaat Anda kelelahan, sang suami dapat menggantikan. Atau Anda bisa melakukan itu semua bersama-sama suami. Buatlah segala kegiatan dengan si kecil jadi menyenangkan.
Jangan ragu untuk mengatakan pada suami atau ibu jika Anda sedang kerepotan. Jangan ragu untuk meminta bantuan kepada mereka. Jangan merasa malu untuk meminta bantuan untuk mengurus si kecil. Percayalah, akan terasa melegakan jika kesulitan itu dapat Anda ungkapkan. (Firmadani.com)
Hesty Arnize
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !