Mengemban Amanah Untuk Kepentingan Umat
Jum'at 08 Maret 2013 / 25 Rabiul Akhir 1434 H
Menyediakan mukena bersih di Mushala. Relawannya tersebar dari berbagai kota dan propinsi.
Gita sedang shalat di sebuah mushalla di tempat umum. Betapa
kagetnya ketika selesai shalat ternyata mukena yang dipakainya terdapat
ingus yang sudah kering. Sejak itu, tepatnya pertengahan 2007, Gita
terpacu untuk membuat sebuah gerakan yang menyediakan mukena bersih
secara cuma-cuma di mushala dan masjid di tempat umum.
Sarjana ekonomi lulusan sebuah universitas di Inggris ini berpikir, alangkah malunya seorang hamba jika menghadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT) dalam keadaan kotor. Sedangkan untuk menghadap manusia saja harus bersih dan rapi.
“Saat menghadap bos saja kita sangat repot memilih baju. Tapi, kok bisa-bisanya kita menghadap Allah SWT dalam keadaan kotor, padahal kita meminta rezeki, keselamatan, kesehatan dan sebagainya”, kata Gita kepada Suara Hidayatullah, akhir Mei lalu saat ditemui di ecretariat Gerakan Mukena Bersih (GMB) di bilangan Kemang Timur, Jakarta Selatan.
Tanpa iker panjang, perempuan kelahiran 1969 itu mengajak teman dan saudaranya untuk membentuk GMB. Pada awalnya bekerja sendirian, namun belakangan ia merasa kerepotan dan letih. Gita pun sadar, bahwa masalah ini hanya bisa dilakukan secara bersama-sama.
Awalnya, GMB tidak terkoordinir secara professional. Ada saja masalah, terutama soal dana. Maklum, kala itu mereka masih patungan secara mandiri dan belum sosialisasi ke masyarakat.
“Permasalahan waktu itu seputar relawan dan mukena. Saat mukena ada, relawannya yang tidak ada. Sebaliknya, saat mukena tidak ada, relawannya menunggu,” ujar Gita.
Setelah berjalan enam bulan, ibu dari Iqbal Ilham dan M. Ihsan ini mensosialisasikan gerakan ini ke masyarakat melalui media social dan juga melakukan berbagai promosi.
Gayung bersambut, tidak hanya di Jakarta, di daerah lain pun banyak masyarakat yang tergerak hatinya ingin bergabung menjadi relawan GMB.
Untuk menjadi seorang relawan, ucap Gita, syaratnya tidak sulit. Intinya mempunyai keikhlasan dan bertanggung jawab penuh demi terjaganya kebersihan mukena. “Relawan tidak hanya memastikan mukena bersih, tapi ia juga menyadari bahwa ini amanah untuk kepentingan umat”. Kata Gita.
Menurutnya, setiap relawan yang telah mendaftar dan mengisi akad amanah akan diberikan “paket amanah GMB”, yang terdiri dari empat pasang mukena berlogo GMB, poster, dan tas cuci.
Untuk yang di luar kota, paket mukena akan dikirim ke tempat masing-masing dengan biaya ditanggung relawan. Paket mukena tersebut dibagikan gratis dan tidak diperjualbelikan. Setiap tahun mukena yang lama dikembalikan ke GMB untuk ditukar dengan yang baru.
Kini, GMB telah mempunyai relawan di 38 kota, tersebar di berbagai propinsi. Dia antaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Bali, Riau dan NTT.
Gita merasa senang menjalani pekerjaan ini. Katanya, sejak dirinya aktif mengurus GMB, banyak hal yang didapat selain kebahagiaan lahir maupun batin.
“Sejak menjalani GMB saya mendapat banyak teman, selain itu silaturahmi juga jalan terus. Ini merupakan cara lain bentuk ibadah saya kepada Allah,” ujar Gita.
Sarjana ekonomi lulusan sebuah universitas di Inggris ini berpikir, alangkah malunya seorang hamba jika menghadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT) dalam keadaan kotor. Sedangkan untuk menghadap manusia saja harus bersih dan rapi.
“Saat menghadap bos saja kita sangat repot memilih baju. Tapi, kok bisa-bisanya kita menghadap Allah SWT dalam keadaan kotor, padahal kita meminta rezeki, keselamatan, kesehatan dan sebagainya”, kata Gita kepada Suara Hidayatullah, akhir Mei lalu saat ditemui di ecretariat Gerakan Mukena Bersih (GMB) di bilangan Kemang Timur, Jakarta Selatan.
Tanpa iker panjang, perempuan kelahiran 1969 itu mengajak teman dan saudaranya untuk membentuk GMB. Pada awalnya bekerja sendirian, namun belakangan ia merasa kerepotan dan letih. Gita pun sadar, bahwa masalah ini hanya bisa dilakukan secara bersama-sama.
Awalnya, GMB tidak terkoordinir secara professional. Ada saja masalah, terutama soal dana. Maklum, kala itu mereka masih patungan secara mandiri dan belum sosialisasi ke masyarakat.
“Permasalahan waktu itu seputar relawan dan mukena. Saat mukena ada, relawannya yang tidak ada. Sebaliknya, saat mukena tidak ada, relawannya menunggu,” ujar Gita.
Setelah berjalan enam bulan, ibu dari Iqbal Ilham dan M. Ihsan ini mensosialisasikan gerakan ini ke masyarakat melalui media social dan juga melakukan berbagai promosi.
Gayung bersambut, tidak hanya di Jakarta, di daerah lain pun banyak masyarakat yang tergerak hatinya ingin bergabung menjadi relawan GMB.
Untuk menjadi seorang relawan, ucap Gita, syaratnya tidak sulit. Intinya mempunyai keikhlasan dan bertanggung jawab penuh demi terjaganya kebersihan mukena. “Relawan tidak hanya memastikan mukena bersih, tapi ia juga menyadari bahwa ini amanah untuk kepentingan umat”. Kata Gita.
Menurutnya, setiap relawan yang telah mendaftar dan mengisi akad amanah akan diberikan “paket amanah GMB”, yang terdiri dari empat pasang mukena berlogo GMB, poster, dan tas cuci.
Untuk yang di luar kota, paket mukena akan dikirim ke tempat masing-masing dengan biaya ditanggung relawan. Paket mukena tersebut dibagikan gratis dan tidak diperjualbelikan. Setiap tahun mukena yang lama dikembalikan ke GMB untuk ditukar dengan yang baru.
Kini, GMB telah mempunyai relawan di 38 kota, tersebar di berbagai propinsi. Dia antaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Bali, Riau dan NTT.
Gita merasa senang menjalani pekerjaan ini. Katanya, sejak dirinya aktif mengurus GMB, banyak hal yang didapat selain kebahagiaan lahir maupun batin.
“Sejak menjalani GMB saya mendapat banyak teman, selain itu silaturahmi juga jalan terus. Ini merupakan cara lain bentuk ibadah saya kepada Allah,” ujar Gita.
Ayo, siapa yang mau gabung?
Niesky Hafur Permana / Suara Hidayatullah.
Suara Hidayatullah Edisi 02 | XXV | Juli 2012 / Sya’ban 1433, Hal 86
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !