Pentingnya Imunisasi Bagi Bayi
Jum'at, 19 April 2013 / 8 Jumadil Akhir 1434 HPertanyaan:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saya ingin menanyakan beberapa pertanyaan masalah imunisasi pada Bayi.
1. Wajibkah kita memberikan imunisasi pada bayi?
2. Seberapa besar pengaruhnya imunisasi pada Bayi?
3. Beredar kabar tentang beberapa vaksin yang behubungan dengan babi, benarkah hal tersebut?
4. Kalau memang kita harus memberikan imunisasi pada bayi, vaksin apa yang wajib kita berikan? karena begitu banyaknya jenis vaksin saat ini.
Mohon penjelasannya dari Tim Konsultasi Syariah.
Jazakumullahu khairan katsir.
Abu Abbas
Jawaban:
Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.
Terima kasih atas kepercayaan Bapak untuk berkonsultasi dengan tim kesehatan Konsultasi Syariah ini.
Kami langsung mencoba menjawab pertanyaan Bapak:
Imunisasi, atau yang diberikan pada anak-anak biasanya adalah vaksinasi, adalah upaya menimbulkan respon imunitas tubuh yang cukup kuat, aktif, dan bertahan lama, terhadap beberapa penyakit tertentu, yang umumnya penyakit terkait vaksinasi tersebut memiliki ciri seperti menular, memiliki peluang besar berdasarkan pengalaman dan data sebelumnya menimbulkan kesakitan, kesakitan jangka panjang (kronis) dengan kecacatan, bahkan kematian pada anak, dapat dicegah (preventable), dan memiliki angka kejadian tinggi di negara tersebut.
Dapat kita ambil contoh, vaksinasi TBC dengan vaksin BCG di Indonesia, dimana angka kejadian TB nya tinggi, dan vaksin influenza di Amerika Serikat dimana penyakit tersebut cukup merepotkan bagi di negara tersebut, dan vaksin meningitis bagi jemaah haji Indonesia yang akan berkumpul di Arab Saudi dan dengan jemaah berbagai negara, yang dikhawatirkan membawa organisme penyebab meningitis padahal di Indonesia kejadiannya jarang dan antibodi terhadap penyakit tersebut belum terbentuk.
Rekomendasi imunisasi dasar (PPI, Program Pengembangan Imunisasi) merupakan jenis imunisasi yang kami sarankan agar dilakukan oleh Bapak dan keluarga, karena jenis penyakitnya jamak ditemukan di Indonesia dan cukup berbahaya, semacam polio dan hepatitis B.
Begitu juga vaksin IPD. Adapun vaksinasi tambahan, seperti vaksinasi terhadap hepatitis A dan typhus, sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter spesialis anak yang biasanya menangani anak Bapak, apakah dirasa perlu ataukah tidak.
Mengenai kewajiban memberikan vaksin atau tidak, melihat dari segi keuntungan dan keburukan vaksin, dan rekomendasi ‘wajib’ pemerintah (kami cenderung melihatnya sebagai rekomendasi kuat, bukan wajib mutlak), kami cenderung mengatakan lebih baik untuk memberikan vaksin.
Perlu diingat bahwasanya vaksinasi bisa melindungi maupun mengurangi beban kesakitan anak, sehingga bahaya yang lebih besar dari penyakit tersebut dapat ditekan seminimal mungkin. Jadi bisa saja anak masih terkena penyakit yang telah diimunisasikan, namun berat penyakitnya telah jauh berkurang dan tidak membahayakan lagi bagi anak.
Bagi kami sendiri, pengaruh imunisasi besar bagi anak, dan bagi kesehatan komunitas secara umum. Sebagai contoh polio, yang alhamdulillah kejadiannya sangat menurun -biidznillaah- dengan gerakan vaksinasi menyeluruh.
Beberapa vaksin memang diakui masih menggunakan bibit induksi yang berhubungan dengan enzim babi dalam proses pembuatannya sebagai katalisator (sebagaimana dikenal dalam ilmu kimia dan biologi bahwasanya enzim adalah substansi yang berperan dalam proses kimiawi, namun tidak mengalami perubahan alias zatnya sendiri tidak bercampur dalam proses tersebut) namun untuk mencapai hasil akhir yang stabil, maka vaksin akan mengalami proses pencucian, pemurnian, dan penyaringan, sehingga pada hasil akhirnya enzim tersebut tidaklah terdeteksi lagi pada vaksin yang beredar. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil akhir vaksin bebas dari unsur enzim babi tersebut. Wallaahu Ta’ala a’lam.
Kami langsung mencoba menjawab pertanyaan Bapak:
Imunisasi, atau yang diberikan pada anak-anak biasanya adalah vaksinasi, adalah upaya menimbulkan respon imunitas tubuh yang cukup kuat, aktif, dan bertahan lama, terhadap beberapa penyakit tertentu, yang umumnya penyakit terkait vaksinasi tersebut memiliki ciri seperti menular, memiliki peluang besar berdasarkan pengalaman dan data sebelumnya menimbulkan kesakitan, kesakitan jangka panjang (kronis) dengan kecacatan, bahkan kematian pada anak, dapat dicegah (preventable), dan memiliki angka kejadian tinggi di negara tersebut.
Dapat kita ambil contoh, vaksinasi TBC dengan vaksin BCG di Indonesia, dimana angka kejadian TB nya tinggi, dan vaksin influenza di Amerika Serikat dimana penyakit tersebut cukup merepotkan bagi di negara tersebut, dan vaksin meningitis bagi jemaah haji Indonesia yang akan berkumpul di Arab Saudi dan dengan jemaah berbagai negara, yang dikhawatirkan membawa organisme penyebab meningitis padahal di Indonesia kejadiannya jarang dan antibodi terhadap penyakit tersebut belum terbentuk.
Rekomendasi imunisasi dasar (PPI, Program Pengembangan Imunisasi) merupakan jenis imunisasi yang kami sarankan agar dilakukan oleh Bapak dan keluarga, karena jenis penyakitnya jamak ditemukan di Indonesia dan cukup berbahaya, semacam polio dan hepatitis B.
Begitu juga vaksin IPD. Adapun vaksinasi tambahan, seperti vaksinasi terhadap hepatitis A dan typhus, sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter spesialis anak yang biasanya menangani anak Bapak, apakah dirasa perlu ataukah tidak.
Mengenai kewajiban memberikan vaksin atau tidak, melihat dari segi keuntungan dan keburukan vaksin, dan rekomendasi ‘wajib’ pemerintah (kami cenderung melihatnya sebagai rekomendasi kuat, bukan wajib mutlak), kami cenderung mengatakan lebih baik untuk memberikan vaksin.
Perlu diingat bahwasanya vaksinasi bisa melindungi maupun mengurangi beban kesakitan anak, sehingga bahaya yang lebih besar dari penyakit tersebut dapat ditekan seminimal mungkin. Jadi bisa saja anak masih terkena penyakit yang telah diimunisasikan, namun berat penyakitnya telah jauh berkurang dan tidak membahayakan lagi bagi anak.
Bagi kami sendiri, pengaruh imunisasi besar bagi anak, dan bagi kesehatan komunitas secara umum. Sebagai contoh polio, yang alhamdulillah kejadiannya sangat menurun -biidznillaah- dengan gerakan vaksinasi menyeluruh.
Beberapa vaksin memang diakui masih menggunakan bibit induksi yang berhubungan dengan enzim babi dalam proses pembuatannya sebagai katalisator (sebagaimana dikenal dalam ilmu kimia dan biologi bahwasanya enzim adalah substansi yang berperan dalam proses kimiawi, namun tidak mengalami perubahan alias zatnya sendiri tidak bercampur dalam proses tersebut) namun untuk mencapai hasil akhir yang stabil, maka vaksin akan mengalami proses pencucian, pemurnian, dan penyaringan, sehingga pada hasil akhirnya enzim tersebut tidaklah terdeteksi lagi pada vaksin yang beredar. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil akhir vaksin bebas dari unsur enzim babi tersebut. Wallaahu Ta’ala a’lam.
Demikian, semoga yang sedikit ini dapat membantu.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
dr. Hafid N
(Pengasuh Rubrik Kesehatan KonsultasiSyariah.com)
(Pengasuh Rubrik Kesehatan KonsultasiSyariah.com)
KonsultasiSyariah.com | Pentingnya Imunisasi bagi bayi
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !