Orang-orang Terdekat Orangtua kita - Aniq Uniq
Update dari Blog Suamiku :
Home » » Orang-orang Terdekat Orangtua kita

Orang-orang Terdekat Orangtua kita

Written By Admin on Oct 3, 2013 | 3:14 PM

Orang-orang Terdekat Orangtua kita

Orang-orang terdekat orangtua kitalah yang akan menjadi pengingat kebenaran, labuhan saat berduka, dan hulu kasih sayang saat orangtua telah tiada.

   Kesibukan dengan rutinitas membuat Fatah dan keluarga hampir tak pernah berhubungan dengan keluarga besar dari pihak istri maupun suami. Apalagi setelah orangtua Fatah dan Dita meninggal dunia. Kontak dengan keluarga besarnya, bisa dikatakan putus sama sekali. Nomor telepon anggota keluarga besarnya pun entah masih dapat dihubungi atau tidak.

   Rasululullah Shallahu Alaihi Wassalam (SAW) yang sangat visioner, memahami, di masa depan umatnya akan hidup dalam kondisi individualistik seperti ini. Karena itu, beliau bersabda, “Rahim (kekerabatan) itu tergantung di ‘Arsy. Dia berkata, “Siapa yang menyambungku, Allah akan menyambungnya. Dan siapa yang memutuskanku, Allah akan memutuskannya”. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

   Beliau pun senantiasa mencontohkan dan menekankan pada umatnya untuk bersilaturahim terutama pada orangtua dan keluarga besar.

Mengikat Hati

  Setelah orangtua kita meninggal, kewajiban untuk bersilaturahim dengan keluarga besar pun tak menjadi hilang. Justru, mengunjungi keluarga besar dan kerabat orangtua adalah salah satu dari bakti utama anak pada orangtua yang telah wafat. 

  Rasulullah SAW Bersabda; “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik adalah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga dan teman ayahnya setelah ayahnya meninggal.” (Riwayat Muslim)

   Mengunjungi keluarga besar atau orang-orang terdekat orangtua setelah mereka wafat, memiliki arti yang sangat besar bagi kehidupan seorang anak. Mengunjungi orang-orang terdekat dengan orangtua, berarti juga mengeratkan kasih sayang yang telah terjalin sewaktu mereka masih hidup.

   Dengan mengunjungi keluarga atau orang-orang terdekat almarhum atau almarhumah, kemungkinan besar kita akan mendapatkan kisah-kisah semasa beliau masih hidup.

   Dari kisah-kisah tersebut, tentu kita dapat mengambil pelajaran tentang amalan yang pernah dilakukan oleh orangtua kita. Dengan dikemukakannya kembali kisah tentang peristiwa-peristiwa itu, akan semakin besar cinta dan penghormatan kita kepada orangtua dan akan tumbuh keinginan kita untuk meneruskan cita-cita kebaikan yang belum sempat terwujud.

   Duduk bersama, mendengarkan cerita yang dituturkan oleh keluarga atau orang-orang terdekat orangtua, juga akan menghadirkan doa-doa harapan akan kebaikan hidup orangtua kita di alam kubur dan di akhirat kelak.

   Semua ini tentu akan semakin menguatkan jalinan kasih sayang di dalam hari kita dan orang-orang terdekat orangtua kita tersebut.

  Selain menguatkan kasih sayang, silaturahim kepada keluarga dan orang-orang terdekat orangtua juga dapat menghubungkan persaudaraan yang terputus. Hubungan orangtua dengan keluarga atau teman-temannya mungkin tak semuanya dan tak selamanya berjalan dengan mulus.

   Maka, menjadi kewajiban bagi kita untuk menghubungkan kembali kasih sayang yang terputus tersebut. Rasulullah SAW Bersabda; “Orang yang menyambung kekerabatan bukanlah orang yang membalas kebaikan, tetapi orang yang menyambungnya adalah orang yang menyambung kekerabatannya apabila diputus.” (Riwayat Bukhari, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)

  Silaturahim yang berasal dari kata rahim berasal dari kata rahmah yang berarti lembut berarti juga melembutkan sesuatu yang telah mengeras sebelumnya. Yaitu hati yang telah mengeras karena konflik antara orangtua dengan salah satu anggota keluarga besar atau orang-orang terdekatnya.

  Oleh karena itu, tugas kitalah untuk mendamaikan kembali pertikaian tersebut. Agar kebaikan-kebaikan yang pernah dilalui kembali menjadi keutamaan. Agar kemarahan pun berubah menjadi doa tentang harapan kebaikan.

Pengingat Kebenaran

    Mengunjungi keluarga dan orang-orang terdekat dengan orangtua juga akan meneruskan tradisi keilmuan yang pernah lekat dengan kehidupan kedua orang tua kita semasa hidup. Misalkan saja, berkunjung pada teman-teman orangtua kita semasa masih bersama-sama menimba ilmu di pesantren atau orang-orang yang selalu menjadi teman diskusi mereka.

  Bila mereka pernah dekat karena kecintaan yang sama terhadap ilmu atau kebaikan, maka pasti kita juga akan mendapatkan warisan ilmu yang sama, yang dahulu pernah mereka dalami dan amalkan.

  Orang-orang terdekat orangtua kita tersebut pasti akan menyampaikan ilmu dan kebaikan -bahkan idealisme tersebut pada kita dan mendorong agar kita melakukan hal sama. Karena, terkadang, apa yang orangtua kita dan orang-orang terdekatnya pegang teguh, tak semuanya tersampaikan kepada kita.

   Kasih sayang kedua orangtua, perlindungannya, atau malah kesibukannya berdakwah membuat mutiara ilmu itu kadang terlewat bagi anak-anaknya.

   Tersampaikannya ilmu, kebaikan, bahkan idealisme yang dulu pernah diperjuangkan oleh orangtua bersama teman-teman terdekatnya, juga merupakan pengingat bagi kita untuk senantiasa menjaga din dalam kebenaran.

   Artinya, bersilaturrahim dan menjaga hubungan dengan keluarga serta orang-orang terdekat orangtua akan selalu membuat kita sadar untuk menjunjung nama baik kedua orangtua.

    Tentu sangat memprihatinkan, bila kita melihat peristiwa-peristiwa yang seringkali terjadi di sekitar kita tentang perilaku anak yang mencoreng nama baik orangtua, bahkan saat orangtuanya masih hidup. Belajar dari hal itu, sunnah Rasulullah SAW untuk bersilaturrahim dengan keluarga besar dan orang-orang terdekat mendiang orangtua, salah satu manfaatnya adalah menjaga, agar tradisi kebaikan selalu terwariskan dari generasi ke generasi umatnya.

    Bila orangtua sudah tak dapat lagi menuntun dan mengingatkan anak-anaknya karena terhalang oleh kematian, maka keluarga dan teman-teman terdekatnyalah yang akan menjadi penyambung pengingat tersebut bagi kita.

    Hal selanjutnya yang tak kalah penting dari keutamaan bersilaturahim pada keluarga dan orang-orang terdekat orangtua kita yang telah meninggal adalah memperpanjang rezeki dan media untuk saling menolong. Rasulullah SAW yang mulia berpesan, "Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim." (Riwayat Bukhari dan Muslim). 

   Meskipun kita kini hidup di dunia yang ditopang dengan teknologi canggih dan sejumlah fasilitas layanan, kita tetap membutuhkan keluarga besar dan orang-orang yang dituakan sebagai labuhan dan perpanjangan tangan pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta'ala (SWT) manakala musibah dan duka menimpa.

   Sungguh, sedikit orang yang dapat menapaki kemelut kekalutan tanpa ketenangan yang dihamparkan oleh nasihat orang-orang bijak yang telah terlebih dahulu ditempa kesulitan. Merekalah keluarga besar dan orang-orang tua yang kita hormati, yang selalu menerima kita apa-adanya dan selalu membantu kita sekuat tenaga agar kita dapat menemukan kebahagiaan.

   Maka, benarlah apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW bahwa silaturahim adalah jalan untuk mendekatkan kita pada umur yang panjang dan rezeki yang luas. Terutama bersilaturahim pada keluarga besar dan orang-orang tua yang kita hormati. Karena, merekalah yang terlebih dahulu menemukan kunci kebenaran dan menapaki jalan keselamatan.

*Ummu Anna,

 ibu rumah tangga tinggal di Bekasi,Jawa Barat.
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Random Post

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Aniq Uniq - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template