Bismillah, idealnya suami mencari nafkah dan istri mendidik anak. Yang terkadang, ada juga istri membantu mencari tambahan rezeki. Tapi, bagaimana jadinya jika suami tidak lagi bekerja.
Entah itu dirumahkan dari tempatnya bekerja, usahanya tutup buku alias bangkrut dan banyak lagi penyebabnya. Yang pada akhirnya menjadikan si kepala keluarga tidak mempunyai penghasilan. Kehilangan semangat, lenyap percaya diri.
Belum lagi -jika- ada pandangan negatif dari keluarga, tetangga, teman dsb. Alih-alih bisa bangkit, yang ada malah kian terpuruk. Bagaimana mengatasi persoalan ini? Bagaimana peran istri dan anak? Ikut memusuhi atau malah menumbuhkan semangat? Simak yuk, 'Optimis Saat Suami Tak Bekerja Lagi' berikut ini hanya @bundanyaniq (Follow yuk). Selamat mengikuti.
***
Optimis Saat Suami Tak Bekerja Lagi
Seorang tetangga pernah curhat tentang masalah yang terus merundung kehidupan rumah tangganya. Ia istri seorang penjahit yang merasa kehidupannya semakin sulit. Pakaian jadi yang kini membanjiri pasar membuat mata pencaharian suaminya kian sulit.
Orang-orang lebih banyak memilih untuk membeli pakaian jadi dibandingkan menjahitkan pakaian. Order menjahit pun semakin berkurang meski jelang lebaran. Sementara keterampilan menjahit itulah yang menjadi tumpuan perekonomian keluarganya.
Suaminya lebih banyak di rumah dan tak bersemangat mengerjakan apa-apa. Sementara itu, sebuah dialog yang sangat indah terjadi di antara dua orang suami-istri di depan rumah mereka. Di saat suaminya tengah berkeluh kesah akan sulitnya hidup setelah kebangkrutan usaha mereka, sang istri kemudian bertanya, "Di mana letak gerakan shalat yang paling indah? saat kita berdiri tegak atau saat kita tengah mencium tanah, bersujud memasrahkan diri kepada Allah?"
Si suami pun tercenung, maka sang istri pun melanjutkan, "Bila diibaratkan dengan shalat, maka inilah saat yang paling indah. Saat kita harus bersujud, memasrahkan diri kepada Allah setelah kita berikhtiar. Saat kita berada sangat dekat dengan-Nya dan bergantung hanya kepada-Nya."
Dialog tersebut memang hanya terjadi dalam sebuah sinetron religi yang ditayangkan bulan Ramadhan lalu. Namun, maknanya begitu dalam dan menyentuh ruang logika untuk mempersepsikan kembali makna kesulitan dalam hidup.
Ubah Dengan Doa
Mencari nafkah untuk keluarga memang kewajiban seorang kepala keluarga. Namun, apakah harus dijadikan penderitaan, bila suatu ketika cobaan Allah datang dan membuat mereka harus kehilangan mata pencaharian? Sebaiknya kepada Allah kita berbaik sangka.
Para suami pun tak pernah ingin kehilangan mata pencaharian mereka. Dan Allah pun tidak pernah menganiaya hambaNya. Layaknya ungkapan sang istri dalam dialog di atas, bahwa inilah saatnya kita mendekat kepada Allah, pasrah kepadaNya, setelah sekian lama kita berdiri tegak menjalankan seluruh usaha yang mampu kita upayakan.
Perasaan gundah, takut, khawatir, dan gelisah mungkin secara manusiawi adalah perasaan yang kerap menghantui dalam kondisi ini. Namun, meredakan perasaan ini sesegera mungkin adalah tindakan yang sangat tepat dilakukan.
Sebisa mungkin, kita harus menggantinya dengan perasaan bersyukur, tetap berbahagia dengan nikmat-nikmat yang ada dalam genggaman kita, dan berdoa tak pernah henti. Karena itu, Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam (SAW) mewasiatkan sebuah doa kepada kita untuk menenangkan hati yang gundah,
"Ya Allah, sesungguhnya aku ini adalah hamba, anak dari hambaMu laki-laki, anak dari hambaMu perempuan; ubun-ubunku berada di tanganMu, mengikuti keputusan taqdirMu, dan berjalan sesuai dengan ketetapanMu. Aku memohon kepadaMu dengan setiap nama yang menjadi milikMu, nama yang Engkau lekatkan sendiri untuk diriMu, atau Engkau sebutkan dalam kitabMu, atau Engkau ajarkan kepada salah seorang dari hambaMu (NabiMu), atau Engkau sembunyikan dialam keghaibanMu, maka jadikanlah al Qur'an dalam dadaku, penghilang kesedihanku, dan penolak kegundahanku". (Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban).
Kita harus yakin bahwa kondisi yang ada di hadapan kini, bukanlah sesuatu yang selamanya. Yakinlah bahwa Allah sajalah yang berkuasa untuk mengubah segalanya. Maka, tetaplah berdoa, sebagaimana Rasulullah bersabda; "Tidak ada yang dapat mencegah takdir kecuali doa" (Riwayat At Tirmidzi dan Al Hasan, berderajat Hasan)
Doa adalah bentuk keyakinan kita akan adanya harapan dan kekuatan Yang Maha Perkasa untuk mewujudkannya. Keyakinan ini penting dan jembatan untuk mewujudkannya adalah dengan doa. Yang tak kalah penting selanjutnya adalah tindakan kita. Apa yang terlihat dihadapan kita belum tentu seburuk yang kita pikirkan.
Ubah Dengan Tindakan
Kisah tentang dua ekor katak berikut mungkin bisa menjadi inspirasi bagi kita. Suatu hari, dua ekor katak terjatuh dalam sekaleng es krim. Sisi-sisi kaleng tersebut mengkilap dan licin, sedangkan es krim yang ada di dalamnya pun sangat dalam dan dingin.
Katak yang pertama terlihat kebingungan dengan situasi yang dihadapinya. Katak tersebut diam tak bergerak, meskipun kedua matanya masih berkedip. Hingga akhirnya ia mati tenggelam karena kedinginan.
Sementara katak kedua terlihat sangat gigih menggerak-gerakkan kakinya. Semenjak menyentuh permukaan es krim yang dingin. Ia terus berjuang tak kenal lelah. Kakinya terus mengayuh dan berenang. Putaran yang ditimbulkan oleh gerakan kaki katak tersebut, lambat laun membuat es krim mengeras.
Saat itulah es krim dapat dipijak oleh si katak dan membuatnya dapat melompat keluar dari kaleng. Bila katak kedua bersikap sama dengan katak pertama yang "pasrah" dengan situasi yang dihadapi, mungkin ia juga akan mengalami nasib yang sama.
Tersiksa dalam kedinginan hingga akhirnya tenggelam dan mati. Namun, ia justru tak berhenti berenang hingga mampu menghangatkan tubuhnya sendiri sehingga mampu bertahan dan membuat situasi membaik. Dengan mengerasnya es krim tersebut.
Begitu pulalah sebaiknya kita dalam menghadapi cobaan yang datang. Menyesali keadaan justru akan membuat kita 'membeku' dalam kesedihan dan kemarahan. Namun, menyikapinya dengan tetap berusaha berbahagia dan terus menerus mencari jalan keluar, akan menghangatkan hati dan pikiran kita.
Sehingga optimisme terus membuat kita bertahan dan mudah menemukan jalan keluar. Karena itu, jika Anda adalah seorang suami yang tengah dirundung masalah karena urusan nafkah, berusahalah untuk tetap tersenyum.
Bangkitkan semangat dan pikiran positif karena dengan sikap demikian, keluarga pun akan turut tersemangati. Tetaplah berusaha untuk mencari peluang dan gunakan waktu luang yang dimiliki untuk membantu pekerjaan pasangan anda, sehingga ia pun memiliki waktu luang untuk membantu masalah anda.
Bersilaturahimlah sehingga pikiran anda tetap terbuka dan peluang pun semakin dekat untuk didapat. Semakin akrablah dengan al-Qur'an karena didalamnya terdapat penawar kesedihan dan kesulitan.
Seorang pengusaha yang pernah tertimpa masalah akibat ditinggalkan semua rekanan bisnisnya, mendapatkan manfaat yang luar biasa setelah "berteman" dengan Al Qur'an. Ia mendapatkan kekuatan kembali untuk bangkit melanjutkan proyeknya dan sanggup berhasil dengan al Qur'an sebagai teman bisnisnya.
Untuk seorang istri, pupuklah terus komitmen, rasa cinta, dan penghargaan terhadap suami, meski anda adalah tulang punggung keluarga sekalipun. Tetaplah bersikap qona'ah dan mensyukuri hidup, salah satunya dengan terus berinfaq. Insya Allah, rezeki kita akan lebih mudah datang dengan amalan ini.
Tersiksa dalam kedinginan hingga akhirnya tenggelam dan mati. Namun, ia justru tak berhenti berenang hingga mampu menghangatkan tubuhnya sendiri sehingga mampu bertahan dan membuat situasi membaik. Dengan mengerasnya es krim tersebut.
Begitu pulalah sebaiknya kita dalam menghadapi cobaan yang datang. Menyesali keadaan justru akan membuat kita 'membeku' dalam kesedihan dan kemarahan. Namun, menyikapinya dengan tetap berusaha berbahagia dan terus menerus mencari jalan keluar, akan menghangatkan hati dan pikiran kita.
Sehingga optimisme terus membuat kita bertahan dan mudah menemukan jalan keluar. Karena itu, jika Anda adalah seorang suami yang tengah dirundung masalah karena urusan nafkah, berusahalah untuk tetap tersenyum.
Bangkitkan semangat dan pikiran positif karena dengan sikap demikian, keluarga pun akan turut tersemangati. Tetaplah berusaha untuk mencari peluang dan gunakan waktu luang yang dimiliki untuk membantu pekerjaan pasangan anda, sehingga ia pun memiliki waktu luang untuk membantu masalah anda.
Bersilaturahimlah sehingga pikiran anda tetap terbuka dan peluang pun semakin dekat untuk didapat. Semakin akrablah dengan al-Qur'an karena didalamnya terdapat penawar kesedihan dan kesulitan.
Seorang pengusaha yang pernah tertimpa masalah akibat ditinggalkan semua rekanan bisnisnya, mendapatkan manfaat yang luar biasa setelah "berteman" dengan Al Qur'an. Ia mendapatkan kekuatan kembali untuk bangkit melanjutkan proyeknya dan sanggup berhasil dengan al Qur'an sebagai teman bisnisnya.
Untuk seorang istri, pupuklah terus komitmen, rasa cinta, dan penghargaan terhadap suami, meski anda adalah tulang punggung keluarga sekalipun. Tetaplah bersikap qona'ah dan mensyukuri hidup, salah satunya dengan terus berinfaq. Insya Allah, rezeki kita akan lebih mudah datang dengan amalan ini.
Kartika Ummu Arina
Penulis Buku Jadilah Suami Istri Bijak
Suara Hidayatullah Edisi 06 | XXV | Oktober 2012/ Dzulqada 1433, Hal 68 - 69
*****
Aniq.Ads
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !