Hukum Menggunakan Viagra

Bismillah, Bund belajar Fiqh yuk. Kali tentang 'Hukum Menggunakan Viagra'. Kira-kira boleh gak ya? Yuk langsung aja disimak. Dikutip ulang dari twitter @Bundanyaniq (Follow yuk)

***

 Hukum Menggunakan Viagra

  

  Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Saya pria berumur 51 tahun, telah menikah lebih dari 30 tahun dengan seorang istri dan telah dikaruniai 3 orang anak yang sudah beranjak dewasa. Akhir-akhir ini saya mengalami gangguan hubungan suami istri, saya merasa kurang perkasa lagi. 

  Beberapa usaha sudah saya lakukan, seperti minum madu dan mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Secara syariat, bolehkah saya mengkonsumsi Viagra ? Atas jawaban Ustadz saya ucapkan jazakumullah. 

AS. Tegal - Jawa Tengah. 

Jawab. 

Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

  Menurut informasi, ternyata Pil Biru Viagra (VGR 50) banyak dikonsumsi oleh kalangan yang sebenarnya tidak mengalami impotensi seksual, tapi di pakai oleh pria normal. Dengan tujuan meningkatkan kenikmatan orgasme. 

  Bahkan viagra ditengarai lebih banyak dikonsumsi oleh para petualang seks bebas alias para 'hidung belang'. Dalam kenyataannya, penggunaan viagra secara serampangan bisa berakibat sangat fatal, mulai dari serangan jantung, terkena stroke, hingga kematian.

  Itulah sebabnya, menurut pendapat kami, penggunaan viagra oleh lelaki yang tidak mengidap impotensi seksual atau sekedar ingin mendapatkan sensasi kenikmatan seks secara berlebihan, hukum-nya haram mengingat risikonya sangat tinggi. 

  Zat apapun yang berpotensi menjadi racun pembunuh atau membahayakan keselamatan jiwa manusia, hukumnya haram. Sebagaimana ditegaskan Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam (SAW); "Barangsiapa yang meneguk racun lalu membunuh dirinya, maka racun itu akan tetap berada di tangannya di mana ia mereguknya untuk selama-lamanya di Neraka Jahannam." (Riwayat Bukhari) 

  Meskipun ada sebagian orang mengatakan bahwa ia menggunakan viagra untuk tujuan mengembalikan keharmonisan rumah tangga dan menggairahkan hubungan intim dengan istrinya, alasan tersebut masih belum tepat, karena dibalik viagra itu terdapat bahaya yang lebih besar. 

   Hal tersebut bersesuaian dengan kaidah fikih yang menyatakan: "Dar'ul mafsadah muqaddam 'ala jalbil maslahah", (Mencegah kerusakan harus didahulukan daripada mengambil manfaat.) 

  Adapun penggunaan viagra bagi lelaki yang mengalami disfungsi ereksi dan impotensi seksual, maka penggunaannya harus didasarkan pada rekomendasi dokter yang ahli di bidangnya sehingga dapat dijamin keamanan dan terjamin pula dari efek yang lebih membahayakan. 

   Penggunaan viagra oleh lelaki yang tidak normal sekalipun harus tetap dalam pengawasan medis yang ketat. Keharaman viagra ini tidak bersifat khusus, tetapi menyangkut semua jenis "obat kuat" yang mempunyai efek membahayakan. 

   Saran kami, hindarilah penggunaan semua jenis obat kuat kecuali dalam keadaan darurat saja, dan itu pun harus dalam pengawasan medis yang ekstra ketat. Keselamatan jiwa dan kesehatan jauh lebih berarti daripada sensasi kenikmatan sesaat. 

   Menurut hemat kami, mengobati penyakit yang biasanya menjadi penyebab disfungsi ereksi dan impotensi, seperti diabetes, hipertensi, kegemukan, dan kolestrol, jauh lebih penting daripada mengambil jalan pintas dengan Viagra. 

   Untuk meningkatkan gairah seksual lebih baik menggunakan pendekatan natural, yaitu menggunakan obat-obatan herbal. 

    Terakhir, kami ingin mengingatkan bahwa kesehatan merupakan nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang harus kita syukuri dengan cara memelihara sebaik-baiknya. Jangan coba-coba mengkonsumsi sesuatu yang membahayakan kesehatan kita.

Ustadz Hamim Thohari

 Suara Hidayatullah | Edisi 06 | Oktober 2012 | Dzulqada 1433, Hal 72