Kesalahan Ibu pada Anak yang Terlihat Sepele Padahal Berdampak Besar
Ada beberapa kesalahan seorang ibu terhadap anak-anaknya yang sering
kali dianggap sepele, padahal sebenarnya memiliki efek yang berbahaya
untuk psikologis anak.
Apa sajakah kesalahan tersebut dan bagaimana meluruskannya? Berikut beberapa tips yang kami ambil dari laman ummi-online.com :
1. Tidak memperhatikan ketika anak bicara
Ini
adalah kesalahan fatal. Ibu asyik menonton ketika anak mengajak bicara.
Atau, ibu seru dengan gadget ketika anak ingin diperhatikan. Malah
terkadang menghardik anak karena merasa mereka sungguh mengganggu.
Alangkah
baiknya ketika anak mengajak ibu berbicara, tataplah matanya dan beri
ia perhatian dengan benar-benar menyimak perkataannya. Beri sentuhan dan
pelukan jika diperlukan.
Memang
anak-anak sering kali terlalu cerewet dan terus-menerus mengulang
pertanyaan yang sama, mungkin ibu merasa jengkel, tapi sadarilah bahwa
waktu itu tak akan kembali. Mereka akan segera tumbuh dewasa dan kita
kehilangan momen kecil mereka.
Maka,
hentikan dulu kegiatan menonton, mendengar musik, atau bermain sosmed
ketika anak mengajak kita untuk bercerita. Seorang ibu yang mau
mendengarkan anak-anaknya kelak akan merasakan manfaatnya.
Ketika
anak tumbuh remaja, mereka akan merasa nyaman untuk bercerita pada
ibunya ketimbang teman di sekolah. Mereka akan tumbuh menjadi anak yang
cukup kasih sayang dan perhatian, serta menjadi anak yang percaya diri
karena mendapat sokongan penuh dari ibunda tercinta sejak kecil.
Maka mulai sekarang, beri perhatian ketika anak mengajak mengobrol.
2. Membantu anak mencari ‘kambing hitam’
“Uuuh, dedek jatuh yaa, ini lantainya nakal, mama pukul nih lantainya!”
Cara seperti ini mungkin terlihat lucu dan membuat anak berhenti menangis, tapi secara psikologis anak akan segera menirunya.
Anak cepat belajar bahwa ketika ada sesuatu yang tidak beres, carilah kambing hitam untuk dipersalahkan!
Tidak
mengherankan ketika ia tumbuh besar, anak akan menjadi pribadi yang
selalu mencari-cari kesalahan pada orang lain ketimbang diri sendiri.
Jadi,
daripada berbuat demikian, lebih baik ibu langsung memeluk anak dan
mengatakan padanya untuk berhati-hati, “Kalau adik lebih hati-hati
berlarinya, insyaa Allah tidak akan terjatuh! Lain kali lebih hati-hati
ya sayang…”
3. Merapikan barang yang habis dimainkan anak
Memang
cara ini lebih cepat dan efektif membuat rumah rapi, tapi sadarilah
bahwa terus-terusan membereskan mainan anak yang bergelimpangan di
lantai sama saja membentuk kebiasaan anak untuk tidak disiplin.
Sebagai
ibu, kita perlu mendidik anak agar memiliki karakter disiplin. Boleh
mainan dengan berantakan, tapi setelah itu harus dirapikan sendiri.
Ajari anak untuk membereskan barang-barangnya dengan cara yang
menyenangkan.
Jangan
selalu menjadikan diri ibu sebagai super hero yang selalu membereskan
masalah anak-anak. Makanan berantakan, ibu yang membereskan. Mainan
berhamburan, ibu juga yang membereskan. Kapan anak-anak diajarkan untuk
mandiri dan bertanggungjawab?
Kita
perlu menyadari bahwa suatu saat kita tidak akan ada lagi di dunia ini,
jangan sampai meninggalkan anak-anak yang lemah dan tidak bisa apa-apa
tanpa ibu mereka.
4. Menyelak antrian
Banyak
ibu yang justru mengajarkan anak untuk menyelak antrian, misalnya
ketika memasuki kereta, ketika sedang antri membeli tiket, antri
membayar di kasir, antri di SPBU, atau bahkan ada juga ibu yang menyelak
lampu merah di jalan raya padahal sedang membonceng anak.
Sesungguhnya
ini adalah hal yang terlihat lumrah di Indonesia, tapi menjadi akar
ketertinggalan kita dibandingkan negara maju. Anak-anak di negara maju
justru diajarkan untuk tertib mengantri, mereka malahan malu jika
menyelak antrian.
Maka,
sadarilah ibu bahwa mendidik anak perlu dengan mencontohkan langsung.
Katakan pada mereka untuk belajar bersabar dan menghargai hak orang lain
dengan mengantri dan menunggu giliran.
5. Hampir selalu meminta kakak mengalah pada adik
Satu hal lagi yang terlihat sepele padahal berdampak besar adalah kebiasaan ibu menyuruh kakak untuk mengalah pada adik.
Ketika
kakak sedang asyik bermain boneka dan kemudian adik memintanya,
biasanya ibu akan memenangkan adik dan sang kakak harus merasa dongkol
karena ia selalu dikalahkan.
Cobalah
untuk membuat aturan baru, siapa pun yang sudah duluan bermain, maka
yang ingin memakai mainan tersebut harus sabar menunggu giliran. Hal ini
justru lebih adil daripada terus-menerus menyuruh sang kakak mengalah
tanpa ia paham mengapa dirinya harus selalu mengalah, padahal ia tidak
pernah meminta dilahirkan duluan.
Biarkan
kakak dan adik saling menyayangi dan berbagi, juga ajarkan mereka untuk
saling menghormati dan menghargai. Kakak tidak harus selalu mengalah,
adik tidak harus selalu kolokan, semuanya tergantung didikan dari ibu
dan ayah.
Semoga postingan ini bermanfaat.
Fauziya
Referensi: Ummi-online.com, Muslimahzone.com
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !