Saat Sedekah Memperlancar Bisnis
Kamis, 28 Syawal 1436 H - 13 Agustus 2015
"Sedekah itu seperti oli. Ia akan jadi pelumas bisnis"
aniquniq.com - Jam menunjukkan pukul 2.00 WIB. Penghuni bumi masih terbuai mimpi. Tapi, Suseno Budi Prastyo dan istrinya, Ziadatu Rohmah sudah bangun tidur. Keduanya lalu shalat Tahajjud bersama. Setelah itu, mereka sibuk di dapur membuat gorengan tempe dan peyek hingga subuh.
Sebelum berangkat kuliah -keduanya saat itu kuliah di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya - mereka mengantar gorengan ke kantin ITS. "Saya sendiri yang mengantar. Membawa plastik berisikan gorengan tempe dan peyek," ujar Suseno.
Mereka melakukan itu karena desakan ekonomi. Saat kuliah semester tujuh, mereka mengambil keputusan luar biasa: Menikah! Padahal, pekerjaan tetap belum ada. Namun, karena niat ibadah, mereka pun berani melakukannya. Guna memenuhi kebutuhan keluarga, keduanya pun menyambar semua peluang yang ada, termasuk jualan gorengan tempe dan peyek. "Bisnis itu tidak harus sesuai keahlian, tapi juga melihat peluang," tuturnya.
Sayangnya, gorengan Budi tidak begitu laku. Tapi peyeknya laris manis. Ia sampai capek membuatnya. Hal itu bertahan hingga lulus kuliah. Anehnya, meski sibuk kerja dan nikah, IPK-nya jauh lebih besar dari sebelumnya.
Jika sebelumnya 2,3 kini selalu di atas 3. Tahun 2001, ia dan istrinya wisuda bersama meski sang istri saat sidang TA (tugas akhir) sedang hamil 9 bulan. "Alhamdulillah, setidaknya hal itu bisa mematahkan ungkapan miring teman-teman selama ini," terangnya.
Pengalaman berjualan peyek memberikan hikmah luar biasa. Terutama dalam hal kualitas, "Teori bisnis apapun, tapi kalau kualitas jelek maka sulit berkembang," ungkapnya. Menurutnya, kualitas peyeknya cukup tinggi. Karena itu, banyak pelangganan dan pesanan. Namun karena capek, ia pun beralih ke bisnis yang lebih simpel. "Kami juga sempat membuat studio photo," tuturnya.
Tapi karena keinginannya bukan di situ, maka bisnis foto ia tinggalkan. Meski begitu, bisnisnya itu sempat berkembang. Hal itu menurutnya karena murah dan berkualitas, jadi banyak orang yang mencari. Mereka lalu mencari peruntungan di usaha juice dan susu kedelai.
Mereka membuat dan memasarkannya sendiri. Sambutan pembeli cukup menggembirakan. Mereka begitu menjaga kualitas susu kedelainya. Namun, karena terlalu capek hingga mereka masuk rumah sakit, ia lantas beralih ke bisnis yang lebih simpel.
Kali ini beralih ke bisnis herbal. Ia menjadi distributor herbal online dan di rumah. Bisnisnya pun menggeliat Bahkan sempat besar. Banyak pembeli dari berbagai daerah. Namun karena melihat prospeknya tidak begitu cerah karena kompetisi yang luar biasa. Ia berhenti.
Tidak Lupa Sedekah
Dalam bisnisnya, kata Budi, yang paling berperan sebenarnya sang istri. Istrinya selalu ada ide baru, kreatif, dan tidak pernah diam. "Peran dia luar biasa", ujarnya.
Soal bisnis busana Muslim, mereka bermula menjadi distributor beberapa pakaian Muslim dari sejumlah merek besar.
Untuk meraih sukses, beberapa manuver marketing dilakukan. Mulai promosi di media cetak maupun online. Bahkan ia membuat website sendiri bernama klikmuslim.com. Di sisi lain kualitas produk dan delivery (Pengiriman) menjadi andalan. Hasilnya, dalam dua tahun mereka menguasai market sekitar 60 persen.
Sayangnya, keberhasilannya itu justru membuat produsennya ketakutan. "Mereka menganggap kita pesaing bisnis," katanya.
Karena itu, barang yang telah dipesan dihentikan. Padahal, katanya, saat itu pesanan sedang membludak. Budi bingung bukan main. Komplain datang bertubi-tubi. Ia takut, kepercayaan pelanggan berkurang. Padahal, kepercayaan merupakan modal berharga dalam bisnis.
Selalu saja setiap musibah mengandung hikmah. Kejadian itu menginspirasi Suseno untuk memproduksi barang sendiri. "Saya yakin setiap kejadian ada hikmahnya. Jika mau naik kelas pasti Allah memberi ujian itu," tuturnya mantap.
Ia lalu membuat jilbab, mukena, dan gams yang diberi merek Aulia, diambil dari nama perempuan anak kelima. Ia mengonsep sendiri dengan motto anggun dan syar'i. Menurutnya, kebanyakan jilbab Muslim yang ada lebih banyak modis ketimbang syar'inya.
Maka ukuran yang ia buat lebih besar dari rata-rata agar tidak terlihat lekuk tubuhnya. Dasar kain pun lebih tebal. Ilmu teknik mesin yang ia dapat sewaktu kuliah sedikit membantunya dalam soal desain, terutama tentang agronomis atau ilmu mengukur tubuh.
"Karena itu, ukuran desain kita insya Allah pas di badan dan tidak ada space lekuk tubuh yang terlihat," ujarnya. Ia mengaku jika produknya bisa bersaing dengan yang lainnya.
Untuk penjualan, target pemasaran yang dibidik adalah pelanggannya terdahulu. Namun, bukan hal mudah mengembalikan kepercayaan. Berkat kerja keras, dalam kurun tiga bulan, bisnisnya sudah menggeliat. Alhamdulillah, 80 persen pelanggannya kembali. Sedangkan 20 persen masih setia dengan merek lama.
Target pemasaran yang dibidik menengah dan pesantren. Karena itu, harganya cukup kompetitif. Jilbab Rp 55 ribu - Rp 120 ribu, mukena Rp 180 ribu - 275 ribu, dan gamis Rp 175 - Rp 225 ribu. Kini, produksinya juga meningkat. Perbulan bisa sekitar dua ribu. Di bulan biasa, omzetnya mencapai Rp 150 juta. Sedangkan di bulan puasa bisa tembus Rp 300 juta.
Hanya saja, bisnis yang dilakoni Budi tidak selalu mulus. Cobaan itu datang dari salah seorang karyawannya yang ditugasi di bagian marketing. Dia terbukti tidak amanah. Padahal, awalnya ia terlihat cekatan dan amanah.
Kecurangan itu diketahui ketika banyak barang yang tidak terjual, sedangkan ia sibuk jualan barang sendiri. "Ternyata ia memanfaatkan pelanggan saya untuk kepentingan bisnisnya sendiri," ujarnya.
Tidak hanya itu, setelah dicek, banyak tagihan yang belum dibayar. "Saya langsung memecatnya," imbuhnya. Sejak itu, ia selalu mengontrol usahanya sendiri. Terutama untuk hal-hal penting seperti data pelanggan. "Kalau bisa, pegawai jangan sampai tahu," katanya.
Kunci Sedekah
Ayah dari lima ini: Muhammad Iqbal, Haidar Umar Mukhtar, Faza Ibrahim, Haikal Mubarak, dan Najwa Aulia Salsabila ini yakin bila sedekah bisa melancarkan usahanya.
"Sedekah itu seperti oli. Ia akan jadi pelumas bisnis," ujarnya. Karena itu, ia memiliki resep sedekah yang unik. Tiap omzet penjualan senilai Rp 100 ribu, maka ia mengeluarkan sedekah Rp 2 ribu.
"Dari omzet perbulan, kita bisa mengeluarkan sedekah sekitar Rp 4 juta. Itu di luar zakat maal", terangnya. Keajaiban sedekahnya terbukti. Dari waktu ke waktu perjalanan bisnisnya terus meroket. Bermula dari 2 mesin jahit kini menjadi 17 mesin.
Pesanan juga terus meningkat. Bulan ini (September 2012, edt) ia juga menempati ruko berlantai dua di Kompleks Ruko Wiguna Surabaya, Jawa Timur.
Syaiful Anshor
Disadur ulang dari kultweet (@bundaniq), Follow ya
Suara Hidayatullah, September 2012 - Syawal 1433 H
***
(AniqAds. #SyawalSale)
Facebook.com/AniqUniq - Twitter (@bundaniq)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !