Ibu, Maaf Tak Ada Bunga Untukmu
Rabu, 11 Rabiul Awwal 1437 H - 23 Desember 2015
Dalam silaturahim saya ke salah seorang senior saya, dengan gurau beliau berkata: "Ayo, sudah cari kado belum untuk hari ibu?"
Di grup orang-orang baik yang ada di media sosial pun bermunculan
berbagai kreasi gambar tentang kemuliaan seorang ibu dan ujungnya:
Selamat Hari Ibu. Saya baru sadar kalau ini adalah bulan di mana
hari ibu diperingati.
Dari sejak awal, saya katakan bahwa berbagai
peringatan hari tersebut jelas bukan karakter agama Islam. Tak hanya
hari ibu, ada juga hari ayah, hari tembakau, hari kanker, dan entah
hari-hari apa yang akan diusulkan kembali setelah ini.
Ini hadir
dari kebiasaan sebuah masyarakat yang tidak mampu memenuhi hak sesuatu
yang diperingati tersebut. Maka untuk memberikan kepedulian dan
perhatian mereka, hari itu diadakan.
Silakan baca sejarah hari-hari tersebut.
Hari ibu ini contohnya. Hari yang mulai diramaikan di Amerika ini
menjadi hari yang diperingati mengingat masyarakat Amerika adalah
masyarakat tanpa ikatan kekeluargaan seperti yang kita kenal dalam
Islam. Semakin hari semakin renggang, bahkan bisa tidak saling
kenal.
Kawin cerai semakin membuat rumit hubungan antara anak dan orang tuanya. Tak ada Bab Birrul Walidain dalam kajian etika mereka.
Melihat itu semua, nurani mereka mulai terusik. Ibu yang berjasa
–setidaknya- mengandung dan melahirkan, harus dihormati jasanya. Bahkan
gereja tak sanggup menyuguhkan moral itu. Hingga Anna Jarvis
tahun 1908 untuk kali pertama membawa bunga yang dibagikan kepada para
jemaat yang ada di gereja tempat dahulu ibunya beribadat.
Sebelum ini semua, Julia Ward Howe sudah mengkampanyekan ibu untuk
keselamatan di Inggris, dalam rangka menyatukan wanita untuk melawan
peperangan yang sedang terjadi. Anna Jarvis memilih waktu Minggu,
karena ia ingin menjadi peringatan yang berkekuatan spiritual gereja.
Kongres Amerika baru menyepakatinya sebagai hari resmi nasional pada
tahun 1914. Tapi tahukah Anda, kalau Anna Jarvis akhirnya menyesal?
Hanya 9 tahun setelah diresmikannya hari ibu, Amerika mulai berpesta di
setiap hari ibu tiba. Dengan dalih menghormati ibu, mereka hanya
memanfaatkannya untuk bisnis dan marketing berbagai hadiah di pasar.
Sakralitas gereja telah berubah menjadi ajang marketing pasar.
Anna Jarvis menyesal, “Saya berharap bahwa saya tidak memulai hari ini, karena ia telah keluar dari kendalinya.”
Anna mengerahkan sisa hidup dan hartanya untuk mengembalikan hari yang
telah disesalinya itu. Dengan semua kemarahannya. Tapi tanpa hasil. Bahkan disebutkan bahwa ia ditangkap tahun 1948 gara-gara demo atas keruhnya hari ibu, dia dianggap mengganggu keselamatan.
Maaf, apa istimewanya sejarah hari ibu di atas?
Bermula dari pembagian bunga dan hanya berujung pada penjualan bunga.
Bermula dari gereja berujung penyesalan. Dan akhirnya penangkapan Maaf, apa istimewanya?
Cermatilah semua peringatan yang mereka buat. Tak jauh dari suasana seperti itu. Perlahan tapi pasti, peringatan seperti ini mulai memasuki tubuh
Muslimin yang tak lagi mempunyai pertahanan kokoh. Termasuk negeri ini.
Kita lupa kalau kita ini Muslim.
Tak memerlukan sebuah hari di mana kita menghormati dan berbakti kepada ibu kita. Karenanya, Maaf ibu Tak ada bunga untukmu. Tidak kartu, tak pula makanan kesukaanmu Hanya di hari ibu
Karena aku sadari sepenuhnya Kaulah segalanya Tempatmu hanya sederajat di bawah Allah dan Rasul-Nya Tiga kali lipat di atas ayah kau lebih mulia
Surga ada di bawah telapak kakimu Kau pintu Surga anak-anakmu Makhluk yang paling berhak terhadap diriku adalah dirimu Perintah Al-Quran untuk bakti hanya menyebut jasamu. Al Adabul Mufrod karya Al Bukhari membuka dengan bab tentangmu
Doa ampunan dan kasih sayang selalu terkirimkan untukmu Setelah amal dan dalam sujud panjangku selalu kado doa untukmu. Bahkan...
Bakti kepadamu tak terhenti setelah tiadamu Untuk mengantar yang terbaik hingga peristirahatan indahmu
Untuk semua janji, kewajiban, dan wasiatmu. Untuk saudara dan kerabatmu. Untuk teman baikmu. Karena seluruh hidupku untukmu, di setiap hela nafasku.
Sadar, tawaf menggendongmu tak mampu membalas setetes air susumu. Dan, Karena bakti tak mengenal hari.
Ustadz Budi Ashari Lc
***
(AniqAds. Anique – Gaya Anak Soleh)
Facebook.com/Anique - Twitter (@bundanyaniq)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !