Rabu, 2 Shafar 1438 H - 02 November 2016
Oleh: Ida S. Widayanti
Dalam sebuah pelatihan parenting, seorang ibu mengakui dirinya adalah seorang ibu "monster". Ia mengaku dididik tidak boleh berpendapat, tidak boleh punya keinginan, dan harus nurut apapun kata orangtua walaupun bertentangan dengan hatinya.
Kemudian ia tumbuh menjadi seseorang yang memiliki sisi gelap. Sering emosional dalam bertindak, berpikir, maupun berkata.
Oleh karena itu, sering muncul kata-kata yang tidak baik pada sang anak,
"Kok kamu memalukan?"
"Kenapa kamu lakukan ini?"
"Ngomong apa sih kamu, ibu gak ngerti?"
Ibu ini kebingungan menghadapi anak sulungnya. Sang anak tidak mau belajar, tidak mau dekat dengan ibunya. Bicara pada ibu seolah sesuatu yang menakutkan.
Bahkan, saat haid pun sang anak bicaranya hanya pada ayahnya. Si anak tidak punya rasa percaya diri, introvert, penakut, dan jika bicara tidak berurutan SPOK-nya.
Ibu tersebut sadar bahwa dirinya harus berubah. Namun praktiknya tidak mudah. Terus dicoba, tetapi sering gagal. Ibu itu sering menangis dan merasa dirinya menjadi "monster".
Sementara itu, di sebuah sekolah khusus perempuan, dibagikan kertas kosong. Semua siswi yang berusia 12-15 tahun diminta untuk menulis secara jujur kesan tentang dirinya.
Kesan yang mungkin orang lain tidak tahu, namun sering ia katakan saat bicara pada dirinya sendiri.
Ternyata banyak yang menulis: aku pemalas, aku pelupa, aku ceroboh, aku cengeng, aku tidak percaya diri, dan aku mudah tersinggung.
Selain itu, aku suka gugup, dan sejumlah kesan negatif lainnya. [Bersambung]
www.aniquniq.com
https://telegram.me/AniqUniq
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !