Mengislamkan Metode Montessori
Rabu, 27 Februari 2013/16 Rabiul Akhir 1434 H
Seiring dengan perkembangan zaman maka metode mendidik anak pun
semakin variatif. Namun, cara mendidik anak yang Islami masih langka. Sri Rahayu adalah salah seorang perempuan yang peduli terhadap metode pendidikan anak yang sesuai dengan ajaran Islam.
Wanita yang 7 Mei lalu genap berusia 63 tahun ini mengembangkan metode Montessori yang telah ada sejak akhir abad 19, menjadi bernuansa Islam. Cara mendidik yang diajarkan Sri, demikian biasa dipanggil, juga mengacu pada ayat-ayat al Qur’an dan al Hadits.
Ibu dari lima orang anak ini mengembangkan metode Montessori Islamic sejak 2004. metode tersebut menekankan pendidikan untuk anak-anak sesuai fitrahnya. Menurut Sri, setiap anak pada dasarnya dilahirkan sudah sesuai fitrahnya.
“Allah menciptakan bayi yang baru lahir itu sudah sesuai fitrahnya. Contohnya, ketika bayi baru lahir lalu diletakkan di atas dada ibunya, maka bayi tersebut bisa mencari puting ibunya sendiri.
Subhanallah,”kata Sri kepada suara Hidayatullah ketika dikunjungi di kantornya di Ciputat, Tangerang.
Menurut Sri, penekanan mendidik anak sesuai fitrahnya juga bersinggungan dengan bagaimana cara mendidik anak yang benar, bertahap, dan tidak mencari taget yang telah ditentukan.
Kemampuan anak dalam perkembangannya akan berbeda-beda. Ada yang tumbuh perlahan, ada pula yang cepat. Jadi, menurutnya para orang tua dan guru harus ekstra sabar dan tidak memaksakan kehendak dalam mendidik dan mengajar anak.
Sri juga mengatakan, semua pembelajaran itu dilakukan bertahap sesuai kodratnya dan tidak melangkahi aturan-aturan yang telah ada. Pasalnya Allah juga menciptakan bumi dan isinya ini secara bertahap.
“Saat ini orang tua maunya serba cepat. Banyak orang tua yang tidak sabar dengan cara memberikan baby walker. Padahal, usia anak memang belum waktunya berjalan, itu kesalahan besar,” imbuh Sri yang telah berkecimpung pada dunia pendidikan sejak awal tahun 80-an.
Nenek dari sembilan cucu ini juga prihatin dengan sikap dan tindakan orangtua yang enggan mengajarkan kemandirian kepada anak. Kata Sri, jika seseorang malas untuk belajar dan mandiri maka itu sudah menyalahi fitrahnya.
Sri menegaskan, keliru sekali jika ada orang tua dan guru yang berpandangan bahwa mendidik itu tugas dari sebuah instansi. “Mendidik itu hakikatnya amanah Allah. Orangtua dan guru diberi amanah oleh Allah untuk meningkatkan intelektual si anak”, jelasnya.
Kemandirian itu, ujar Sri bisa terlaksanan jika orangtua mendukung anak untuk mengembangkan diri sendiri. Misalnya, jika seorang anak sudah bisa makan sendiri orangtua harus membiarkan, jangan melarang si anak. Atau dengan alasan supaya makannya banyak dan ingin cepat selesai malah menyuapi anaknya.
Wanita yang 7 Mei lalu genap berusia 63 tahun ini mengembangkan metode Montessori yang telah ada sejak akhir abad 19, menjadi bernuansa Islam. Cara mendidik yang diajarkan Sri, demikian biasa dipanggil, juga mengacu pada ayat-ayat al Qur’an dan al Hadits.
Ibu dari lima orang anak ini mengembangkan metode Montessori Islamic sejak 2004. metode tersebut menekankan pendidikan untuk anak-anak sesuai fitrahnya. Menurut Sri, setiap anak pada dasarnya dilahirkan sudah sesuai fitrahnya.
“Allah menciptakan bayi yang baru lahir itu sudah sesuai fitrahnya. Contohnya, ketika bayi baru lahir lalu diletakkan di atas dada ibunya, maka bayi tersebut bisa mencari puting ibunya sendiri.
Subhanallah,”kata Sri kepada suara Hidayatullah ketika dikunjungi di kantornya di Ciputat, Tangerang.
Menurut Sri, penekanan mendidik anak sesuai fitrahnya juga bersinggungan dengan bagaimana cara mendidik anak yang benar, bertahap, dan tidak mencari taget yang telah ditentukan.
Kemampuan anak dalam perkembangannya akan berbeda-beda. Ada yang tumbuh perlahan, ada pula yang cepat. Jadi, menurutnya para orang tua dan guru harus ekstra sabar dan tidak memaksakan kehendak dalam mendidik dan mengajar anak.
Sri juga mengatakan, semua pembelajaran itu dilakukan bertahap sesuai kodratnya dan tidak melangkahi aturan-aturan yang telah ada. Pasalnya Allah juga menciptakan bumi dan isinya ini secara bertahap.
“Saat ini orang tua maunya serba cepat. Banyak orang tua yang tidak sabar dengan cara memberikan baby walker. Padahal, usia anak memang belum waktunya berjalan, itu kesalahan besar,” imbuh Sri yang telah berkecimpung pada dunia pendidikan sejak awal tahun 80-an.
Nenek dari sembilan cucu ini juga prihatin dengan sikap dan tindakan orangtua yang enggan mengajarkan kemandirian kepada anak. Kata Sri, jika seseorang malas untuk belajar dan mandiri maka itu sudah menyalahi fitrahnya.
Sri menegaskan, keliru sekali jika ada orang tua dan guru yang berpandangan bahwa mendidik itu tugas dari sebuah instansi. “Mendidik itu hakikatnya amanah Allah. Orangtua dan guru diberi amanah oleh Allah untuk meningkatkan intelektual si anak”, jelasnya.
Kemandirian itu, ujar Sri bisa terlaksanan jika orangtua mendukung anak untuk mengembangkan diri sendiri. Misalnya, jika seorang anak sudah bisa makan sendiri orangtua harus membiarkan, jangan melarang si anak. Atau dengan alasan supaya makannya banyak dan ingin cepat selesai malah menyuapi anaknya.
Montessori Islami
Wanita yang pada 1993 pernah ditunjuk Unesco sebagai duta untuk pengentasan buta aksara di Indonesia Bagian Timur ini merasa miris. Sebab, kata Sri, masih banyak para pendidik anak yang sangat mengagumi metode Barat.
Padahal menurutnya, metode Barat banyak mengadopsi dari al Qur’an dan al hadits yang sudah ada sejak zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam (SAW). Salah satunya adalah metode Montesorri yang ditemukan seorang ahli pendidikan berkebangsaan Italia bernama Maria Montessori. Kini, di tangan Sri, metode tersebut diubah menjadi lebih Islami.
“Metode Montessori ini sebagiannya telah ada di al Qur’an dan al Hadits, sayangnya banyak umat Islam yang tidak mengaji. Contohnya soal makan, dan etika berbicara, semua itu ada di al Qur’an dan al Hadits,”urainya.
Dari keprihatian itu pula, istri dari Didik Sarmadi ini menulis buku dengan judul “Mendidik Anak Sesuai Fitrah” yang terbit tahun lalu. Buku setebal 89 halaman ini berisi tentang konsep mendidik anak yang dihubungkan dengan ayat-ayat di Al Qur’an dan al Hadits.
Meskipun pendidikan berbasis Montessori ini mulai banyak diterapkan di sekolah-sekolah Islam, tapi Sri membuat perbedaan.
“Jadi, metode saya semua teori saya cocokkan dengan al Qur’an dan dibalut dengan akidah. Misalnya, ketika ada anak bisa menjawab pertanyaan dengan benar, maka saya mengatakan bahwa kemampuan berpikir itu hanya dari Allah,” kata Sri.
Selain menulis buku, wanita yang pernah mendalami parenting di Jepang pada 1979 ini juga menjadi Pembina di Bunayya Montessori Islamic School. Di sekolah yang terletak di daerah Ciputat, Tangerang Banten itulah Sri menetapkan semua metode yang telah diramunya.
Peraturan yang diterapkan Sri di sekolah itu membuat murid-muridnya menjadi terpantau dengan baik. Sri sangat perhatian terhadap waktu. Karenanya, anak-anak di sekolah harus diperhatikan selama jam pelajaran.
“Setiap saat perkembangan anak selalu dicatat oleh guru, jangan ada yang terlewat,” tegasnya.
Dalam metode tersebut Sri juga menekankan bahwa semua hal yang akan diajarkan pada anak agar diperhatikan oleh guru dan orangtua. Jangan sampai pekerjaan yang akan diberikan pada anak tidak diberikan contoh secara terstruktur oleh guru.
Misalnya, soal shalat kata Sri. Shalat adalah pekerjaan yang enak dan menyenangkan. “Bukan malah menyebalkan,” katanya.
“Saya mengajarkan shalat ke anak TK dan SD itu terkonsep. Yakni memberikan gambar terlebih dahulu dan membuat alat peraganya. Setelah itu, diurutkan. Setelah paham dikasih tahu gerakannya, bacaannya dan tidak langsung disuruh untuk mencontoh gerakan gurunya,” ucapnya.
Jika Montessori yang telah ada kental dengan nilai-nilai pluralisme dan sekularismenya, maka Sri membuatnya secara Islami. “Montessori itu sekular. Tapi, yang saya kembangkan hanya nilai-nilai Islam yang berlandaskan al Qur’an dan al Hadits,” kata lulusan Univeristas Islam Islam Jakarta ini.
Oleh karena itu, saat ini Sri masih mencari istilah yang tepat agar nama Montessori yang identik dengan sekular itu tidak digunakan lagi.
Meski sibuk membina sekolah yang didirikannya, tetapi Sri masih juga memenuhi undangan di luar daerah untuk memberikan pelatihan kepada para guru TK dan SD mengenai konsep pengajaran pada anak.
Sri mengaku rela jika tidak dibayar dalam mengisi seminar atau pelatihan. Baginya, memberikan ilmu dan pengetahuan itu merupakan ladang amal yang akan menjadi bekal kelak di akhirat.
Niesky Hafur Permana/ Suara Hidayatullah
Suara Hidayatullah Edisi 02 | XXV | Juli 2012/ Sya’ban 1433, Hal 74 - 75
AniqAds
saya penasaran banged sama bku ini, akalu boleh tau untuk bisa dpetin buku ini caranya bgaimana y? kayaknya jarangdi pasaran....
ReplyDeleteBu Feni meiliana
ReplyDeleteSilahkan menghubungi 021 4241586 atau bintangwaktu@yahoo.com