Penerbit Al Qur’an Braille Standar Internasional

Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis) Yogyakarta

Penerbit Al Qur’an Braille Standar Internasional

Selasa, 09 Juli 2013 / 1 Ramadhan 1434 H

Keterbatasan sumber daya bukan halangan untuk berkarya. Terbukti, yayasan ini mampu menerbitkan Al Qur’an Braille, dan menyelenggarakan sekolah bagi penyandang tunanetra.

   Adzan yang menandai masuknya waktu zhuhur berkumandang di tengah bangunan sederhana itu. Aktivitas belajar mengajar pun terhenti. Puluhan siswa bergegas menyiapkan diri untuk menunaikan shalat. Namun, ada hal yang berbeda dari mereka. Seluruh siswa yang berkhidmat di sekolah ini adalah penyandang tunanetra.

  Meski memiliki keterbatasan penglihatan, para siswa ini tetap antusias mengikuti kegiatan di mushalla yang telah dilengkapi dengan al-Qur’an Braille itu. Mulai shalat berjama’ah hingga ceramah singkat usai shalat yang di isi secara bergantian oleh mereka, menjadikan sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis) ini semarak.

  Menurut pengurus Yaketunis, Agus Suryanto, siswa yang dididik di lembaganya saat ini berjumlah 70 orang, terdiri dari jenjang TK, SD dan MTs. Seluruh siswanya diasramakan.

  ‘Tapi memang tidak semua siswa yang tinggal di asrama saat ini sekolahnya di Yaketunis, karena kami hanya menyediakan jenjang pendidikan di tingkat MTs,” jelas Agus kepada Suara Hidayatullah.

   Keterbatasan infrastruktur maupun tenaga pengajar, tidak membuat pengurus Yaketunis patah arang untuk memberikan yang terbaik bagi para penyandang tunanetra didikannya.

  Selain penyediaan fasilitas pendidikan, kegiatan keagamaan, dan perpustakaan buku Braille yang mencapai 1.500 judul, para siswa juga difasilitasi untuk mengembangkan bakatnya di bidang olahraga.

  Prestasi demi prestasi pun diraih. Mulai juara olahraga di tingkat propinsi, hingga juara Olimpiade Matematika tingkat nasional mewarnai sejarah lembaga Islam yang berdiri sejak 1964 ini.

  Sekretaris Yaketunis; Wiyoto menjelaskan siswa-siswi didikannya bahkan mampu bersaing dengan siswa normal di sekolah umum. Di Madrasah Aliyah Negeri 5 Maguwoharjo Sleman misalnya, anak didiknya yang disekolahkan di tempat itu umumnya memiliki rangking 1 hingga 7.

  Wiyoto yakin, bila diberi kesempatan yang sama, para siswanya bisa mengembangkan potensinya di berbagai bidang, dan berkompetisi dengan siswa lainnya yang diberi kesempurnaan fisik.

  Di samping geliat pendidikannya yang telah menjadi tumpuan bagi penyandang cacat tunanetra, Yaketunis juga memiliki sejarah sebagai penerbit pertama al-Qur’an Braille yang sesuai standar penulisan al-Qur’an Braille Internasional.

  Menurut Mantan kepala MTs Yaketunis; M. Najmuddin, yayasan yang berdiri di lahan 748 m2 di daerah Selatan Yogyakarta ini pernah berturut-turut menerbitkan al-Qur’an Braille atas dukungan dana Departemen Agama RI pada tahun 1975 sampai 1977.

  “Setiap tahun sekitar 250 set al-Qur’an Braille diterbitkan oleh Yaketunis, dan dikirimkan ke lembaga tunanetra di seluruh Indonesia, termasuk ke Malaysia,” ungkap Najmuddin.

  Pendiri Yaketunis, almarhum Supardi Abdusomad, dikenal sebagai tunanetra pertama yang berhasil mempelajari al-Qur’an Braille yang sebelumnya hanya tersimpan di perpustakaan Braille Wiyata Guna Bandung, lalu mengembangkannya dibantu oleh tokoh-tokoh lain di Yaketunis.

  Kini, perjuangan dan kerja keras lembaga ini membuahkan hasil. Alumninya telah mencapai 200 orang, dan sebagian telah mencapai gelar doktor, Yaketunis juga telah memberi sumbangan besar bagi tunanetra Muslim.

Masjidi

Suara Hidayatullah | Juni 2012 / Rajab 1433 H, Hal 96