Miss Comment! - Aniq Uniq
Update dari Blog Suamiku :
Home » , » Miss Comment!

Miss Comment!

Written By Admin on Aug 5, 2015 | 2:00 AM

Miss Comment!
Selasa, 19 Syawal 1436 - 04 Agustus 2015


 #AniqUniq - Dibutuhkan kepekaan, empati, dan prasangka yang baik, agar pembicaraan tetap nyaman di hati dan menjadi pertemuan yang kembali dinanti. 

  Suasana berkumpul dengan sanak saudara dan handai taulan dalam suasana silaturrahim memang tak dapat selalu dilakukan. Lama tak jumpa, banyak perubahan yang terjadi. Suasana yang hangat dan penuh kekeluargaan, membuat kita merasa akrab berbicara dengan orang-orang yang seringkali menimbulkan rasa rindu. Tanpa basa-basi. Ceplas-ceplos yang riang. 

  Namun, sayangnya justru suasana inilah yang seringkali membuat kita tanpa sengaja melontarkan komentar yang sesungguhnya tidak diharapkan. Seperti yang pernah dialami Anis, sebut saja begitu. 

   Di suatu hari yang cerah, ia bersama suami dan anak menghadiri undangan teman-teman alumni ROHIS untuk mengikuti silaturrahim akbar. Selesai acara utama, Anis menghampiri seorang senior yang sangat akrab karena ia memang pernah menjadi binaannya. 

   Begitu melihat Anis, tanpa diduga, tanpa dinyana, dia langsung berkata, "Waahh...koq sekarang gede banget?!  Delapan puluh kilo ya? Pasti jarang olahraga!" Waduh...rasanya Anis ingin segera pulang! 

   Bagaimana tidak, seniornya itu mengatakan hal yang sangat 'sensi' itu di depan banyak teman yang juga tengah berkumpul bersama pasangan dan anak-anaknya. Ditambah, suaranya yang nyaring... Teganya oh teganya. 

  Walau memang benar, apa yang dikatakannya adalah fakta. Anis memang berlipat kali berukuran lebih besar setelah melahirkan. Juga jarang berolahraga. Namun, dikomentari sedemikian rupa di hadapan orang banyak, sehingga para "pemirsa" yang hadir di tempat itu tersenyum-senyum, tak urung membuat kebahagiaan Anis berkumpul dengan teman-teman jadi terkoyak. 

  Anis mengerti sekali komentar yang dilontarkan oleh seniornya itu mungkin tak bermaksud untuk menghina dan merupakan bentuk perhatiaannya. Anis juga yakin, seniornya mengatakan hal itu karena dia merasa akrab dengan Anis sehingga tak perlu basa-basi untuk mengutarakan yang dipikirkannya. Namun, lepas dari ke-sensi-an Anis, hal inilah yang kerap membuat hati kita tiba-tiba "membeku" di tengah hangatnya suasana silaturrahim.

Yang Terbaik atau Diam

   Di dunia akhwat, hobi komentar-mengomentari ini pun seringkali terlontar bahkan oleh mereka yang sudah berstatus dituakan. Bukankah ini memprihatinkan? Mungkin, awalnya bukan bermaksud menghina atau mencela. Bahkan, memang benar, sebagian besar isi dari komentar yang dilontarkan adalah kenyataan. Namun, bukankah lebih baik, jika kenyataan tersebut tak berubah menjadi sesuatu yang meresahkan? 

  Tentu, sangat mengguncang batin jika orang yang dijadikan objek komentar adalah mereka yang memiliki rasa percaya diri yang sangat rendah. Atau orang yang sedang bermasalah dengan hal yang kita komentari. Jangankan orang-orang yang seperti ini, orang yang terlihat pede atau malah tertawa pun tetap terusik hatinya dengan komentar yang diajukan orang lain, terutama bila itu adalah hal mengganjal dihatinya selama ini.

  Jika demikian, mari kembali pada diri sendiri. Marilah berusaha untuk menjadi orang yang selalu membuat orang lain nyaman berada disisi kita. Terutama, terhindar dari kebiasaan mengomentari orang lain. Yang paling harus kita ingat adalah Sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghormati tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berbuat baik pada tetangganya. Dan, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bertutur yang baik atau diam." (Ditakhrij Asy-Syaikhani dan Ibnu Majah)

   Sabda Rasulullah SAW ini sangat erat kaitannya dengan perilaku kita kepada orang lain. Terutama yang berkaitan dengan lisan kita. Menghormati tamu, selain menerimanya dengan hangat, menjamunya semaksimal yang kita bisa, dan mencukupi keperluannya, juga termasuk menemaninya dengan kata-kata yang menyenangkan. 

   Begitu pula dengan tetangga. Merekalah biasanya pihak yang sangat rawan bergesekkan dengan masalah lisan. Baik mereka yang melontarkannya atau kita yang mendahului. Karena itu, Rasulullah SAW menyuruh kita untuk menjaga lisan kita untuk tetap mengeluarkan kata-kata yang baik atau lebih baik diam. 

   Salah satu cara yang baik untuk menjaga agar lisan kita tetap membuat orang lain merasa nyaman adalah berpikir terlebih dahulu sebelum melontarkan apa yang ingin kita katakan. Jangan sampai karena terlalu gembira bertemu dengannya, maka kita langsung berkomentar dengan semangat. 

  Kita banyak menjumpai akhwat yang karena saking senangnya bertemu kembali, maka ia langsung "bertindak" saat bertemu. "Hiii...chubby banget sih. Tambah bikin gemes!" Sambil menarik pipi sahabatnya itu. Waah, dapat dipastikan orang-orang yang berada di sekitar akan segera tertarik untuk mengecek kebenaran tentang "ketembeman" pipi tersebut. 

   Yang tak kalah penting, jangan menyinggung hal-hal yang sensitif alias sensi saat berkomentar. Masalah size, kekurangan dirinya atau orang-orang terdekatnya, termasuk status (terutama bila "beliau" belum kunjung bertemu jodoh). 

   Kecuali, bila kita ingin memberikan masukan atau malah jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Itupun dengan catatan tidak dilakukan di depan umum, dengan suara yang rendah, dan harus memperhatikan intonasi yang kita gunakan saat memberi masukan tersebut. 

   Jangan sampai menggurui atau malah berkesan meremehkannya. Juga, tidak dengan membandingkannya dengan orang lain atau malah berujung membicarakan keburukan orang lain alias gosip. 

Peka dan Berbaik Sangka

  Lalu bagaimana kalau kita yang justru jadi objek komentar? Yang pertama, berprasangka baiklah pada orang yang melontarkan komentar tersebut. Allah SWT Berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain..." (Qs. Al Hujurat [49]: 12) 

    Jadi, lebih baik berprasangka baik atas perkataan tersebut supaya kita bisa mengambil hikmahnya. Pada kasus yang Anis alami, memang benar bahwa ia harus kembali memperhatikan pola makan dan mengembalikan porsi olahraga dan kegiatan fisik, supaya ia dapat terhindar dari penyakit-penyakit yang potensial menjangkiti mereka yang kelebihan berat badan. 

  Yang ini, menuntut kita lebih peka terhadap kondisi orang lain dan mampu memahaminya. Bisa jadi, orang yang melontarkan komentar itu adalah orang yang memiliki kesulitan untuk berkomunikasi dengan baik. Inilah kesempatan kita untuk mengingatkannya sekaligus berbagi ilmu untuk bisa menyampaikan pesan dengan cara yang lebih baik. Namun, sekali lagi sampaikanlah dengan cara yang baik. Agar kita pun senantiasa belajar, untuk berbuat baik dan menyampaikan kata-kata terbaik. (@bundanyaniq)

Kartika Trimarti

Ibu Rumah Tangga tinggal di Bekasi, Jawa Barat

Suara Hidayatullah, September 2012 - Syawal 1433
*** 
(AniqAds. #SyawalSale)
 
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Random Post

  • Pashmina Loop-Loop Jumbo dan Gamis Kamilah Putih
  • Lovely red ~ Gamis Menyusui Cantik
  • Pashmina Loop-Loop Biru Muda
  • Testimoni Bunda Elok Wahyunita
  • Suamiku, Pembelaku
  • Boleh Belanja di Mal, Jangan Lupakan Belanja di Tetangga
  • Cara Unik seorang ayah menguncir anak gadisnya
  • Menyusui Depan Mertua
  • Mengapa Perlu Ayah?
  • Herbal Obat Bekas Luka
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Aniq Uniq - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template