Kapan Terakhir Kamu Mengasah Kapak?
Rabu, 4 Rabiul Awwal 1437 H - 16 Desember 2015
Alkisah, seorang pedagang kayu
menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya.
Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat
baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja
sebaik mungkin.
Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak
dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu
yang telah ditentukan kepada si penebang pohon. Hari pertama bekerja, dia
berhasil merobohkan 8 batang pohon.
Sore hari, mendengar hasil kerja si
penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus,
“Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu
menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini.
Teruskan bekerja seperti itu”.
Sangat termotivasi oleh pujian
majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi
dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja
lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan
mengecewakan.
Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang
berhasil dirobohkan. “Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan
kekuatanku, bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku
kepada majikan?” pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa.
Dengan
kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil
kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah
terjadi. Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, “Kapan terakhir
kamu mengasah kapak?”
“Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu,
saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore
dengan sekuat tenaga”. Kata si penebang.
“Nah, disinilah masalahnya.
Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu
bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya,
dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak
diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun.
Maka, sesibuk
apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap
hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal. Sekarang
mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!” perintah sang
majikan.
Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si
penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.
Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual.
Salam sukses..!!
***
(AniqAds. Anique – Gaya Anak Soleh)
Facebook.com/Anique - Twitter (@bundanyaniq)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !