Melatih Mereka Sabar [2]
Senin, 29 Rabiul Akhir 1437 H - 08 Februari 2016
Berkata Imam
Asy Syafi'i Rahimahumullah;
"Tidaklah seorang akan berhasil dalam menuntut ilmu manakala ia
menuntutnya dengan rasa bosan atau merasa cukup.
Akan tetapi barangsiapa yang menuntutnya dengan pengorbanan, kehidupan
yang sempit, dan berkhidmat untuk ilmu tersebut, maka merekalah yang akan
berhasil."
Bentuk kesabaran lainnya adalah menahan diri dari keinginan
menguasai pelajaran dengan cepat dan beralih ke materi lain sebelum matang.
Termasuk dalam hal ini, guru harus menanamkan
pada diri murid untuk mengutamakan membaca secara tertib, mendalam dan tekun (deep reading). Bukan membaca secara
cepat (speed reading) karena ingin
menguasai pelajaran secara kilat.
Jika Anda ingin melahirkan seorang murid
yang memiliki penguasaan ilmu secara matang, maka membaca secara mendalam dan
tertib merupakan pintu yang harus mereka lalui.
Membaca cepat (speed reading) tidak banyak memberi manfaat, kecuali sekedar
menumpuk materi pengetahuan.
Keterampilan membaca cepat hanya bermanfaat
jika Anda ingin melahirkan petugas pusat layanan informasi yang handal atau
pegawai layanan konsumen (Customer
Service) yang cakap.
Bukan melahirkan Alim yang faqih atau Ilmuwan yang brilian. Keterampilan membaca
juga bermanfaat untuk mengesankan diri sangat cerdas sehingga para peserta
training merasa diri mereka bodoh dan tertinggal.
Di luar itu, membaca cepat hanya patut kita
lakukan untuk tujuan inspeksional, yakni mengetahui gambaran isi buku sebelum
memutuskan membeli.
Mari kita ingat Firman Allah Subhana Wa Ta’ala; “Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al Muzzamil
[73]: 4)
Perintah ini terasa lebih kuat lagi tatkala
mengingat Firman Allah ‘Azza Wa Jalla;
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk
(membaca) Al Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai).” (QS. Al
Qiyaamah [75]: 16)
Kembali pada perbincangan tentang bersabar
menuntut ilmu. Mari kita ingat sejenak Sabda Nabi Shallahu Alaihi Wassalam; “Sesungguhnya
ilmu itu semata-mata diperoleh dengan dituntut (mempelajarinya).” (Riwayat
Abu Darda’, dihasankan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam Al Silsilah Ash Shahihah).
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di
menjelaskan dalam tafsirnya bahwa perintah ini berlaku umum bagi semua orang
yang mendengar Al Qur’an, diperintahkan untuk diam dan mendengarkan.
“Dan
perbedaan di antara keduanya adalah bahwa diam secara zahir adalah dengan
meninggalkan pembicaraan dan tidak menyibukkan diri dengan sesuatu yang
membuatnya tidak mendengar.
Adapun mendengarkan, maka maksudnya adalah menyimak dengan membuka hati
dan merenungkan apa yang didengar,”
kata Syaikh As-Sa’di lebih lanjut.
Serupa itu, bekal penting yang harus kita
tanamkan kepada murid, apabila mereka telah memiliki kecintaan belajar adalah kesediaan
sekaligus kesungguhan unttuk mendengarkan dan memperhatikan dengan baik ucapan
gurunya.
Jika sikap ini tumbuh dengan kuat dalam
diri murid, maka guru yang tak mampu bersuara lantang akan terdengar nyaring
suaranya.
Mereka tetap memperhatikan penuh
kesungguhan. Guru yang monoton tetap tidak kehilangan daya tarik untuk
diperhatikan penjelasannya. Sementara guru yang caranya menjelaskan sangat
bagus, akan lebih memudahkan murid meraih ilmu.
Catatan sederhana ini semoga dapat menjadi
pengingat bagi kita semua untuk menata kembali arah pendidikan.
Cara mengajar memang penting, tapi adab
belajar jauh lebih besar peranannya. Cara menerangkan suatu pelajaran memang
harus kita kuasai. Tapi mendidik, melatih, dan menggembleng mereka untuk
memiliki sikap belajar yang baik akan menjadi bekal yang sangat berharga agar
kelak mereka –murid-murid kita- dapat belajar dari siapapun, sejauh akhlaknya
baik, dan aqidahnya lurus, meski cara mengajarnya membosankan.
Lebih penting lagi, sesungguhnya menetapi
Adab Islam itu merupakan salah satu pintu berkah. Wallahu a’lam bish-shawab.
Nah,
sudahkah kita melatih mereka sabar dalam menuntut ilmu?
Inilah pertanyaan yang perlu kita jawab
sembari merenungkan Hadits berikut; “Ketahuilah!
Sesungguhnya dalam kesabaran terhadap apa yang tak disukai, terdapat kebaikan
yang besar.
Dan
sesungguhnya pertolongan (dari Allah) bersama kesabaran, sedang kelapangan
bersama kesukaran, dan kesulitan bersama kemudahan.”
(Riwayat
Ahmad)
Semoga
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menolong
kita.
Ustadz
M. Fauzil Adhim
Suara
Hidayatullah, Desember 2012 – Muharram 1434
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !