Selasa, 28 Jumadil Awal 1436 H - 08 Maret 2016
Seorang laki-laki memiliki kebiasaan unik.
Setiap kali istrinya mengandung pada masa tiga bulan terakhir, ia senantiasa
berkata pada sang istri;
“Sekarang waktunya untuk melakukan ‘jalan-jalan megah’.”
Maka si istri dibawa ke tempat-tempat yang
indah di pedesaan dan berjalan bersamanya setiap hari, hingga istrinya tersebut
dapat mereguk keindahan alam sekitarnya.
“Ayahku berteori, jika mata
wanita hamil terus menerus melihat keindahan alam, keindahan itu entah
bagaimana akan terkirim ke pikiran si jabang bayi di dalam kandungan, dan si
bayi akan tumbuh menjadi anak yang mencintai keindahan,”
Tulis salah seorang anak dari suami istri
tersebut di bukunya yang kemudian menjadi sangat terkenal. Anak dari suami
istri tersebut, kemudian menjadi seorang penulis cerita anak dunia.
Kehidupan suam-istri itu terjadi pada era
1800-an, ketika penemuan ilmu dan teknologi masih sangat sederhana. Si suami
hanya mereka-reka teori berdasarkan pikiran dan logikanya.
Saat ini, begitu banyak
penelitian dan penemuan tentang dampak emosi dan aktivitas ibu hamil terhadap
janinnya. Dengan kemajuan teknologi, bahkan aktivitas otak ibu dan janin bisa
direkam dan dilihat korelasinya.
Ibu yang mengalami trauma dan
kecemasan berlebih berakibat secara langsung terhadap perkembangan syaraf
janinnya. Demikian pula ibu yang yang bahagia dengan pikiran positif akan
menimbulkan rasa nyaman pada bayi dan membuat pertumbuhan fisik dan mentalnya
berkembang sangat baik dan positif pula.
Karena itu, setiap bayi yang
lahir sudah membawa pola dan karakter yang dibawa sejak masa kehamilan ibunya. Sebagaimana
kisah di awal, anak-anak dari suami-istri itu kemudian tumbuh menjadi anak-anak
yang mencintai keindahan dan mengekspresikannya dalam karya seni. [Bersambung]
Menstimulasi Anak dengan
Keindahan [2]
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !