Cintai Anak Yatim, Usaha Jadi Sukses - Aniq Uniq
Update dari Blog Suamiku :
Home » , » Cintai Anak Yatim, Usaha Jadi Sukses

Cintai Anak Yatim, Usaha Jadi Sukses

Written By Admin on May 20, 2014 | 11:10 AM

Cintai Anak Yatim, Usaha Jadi Sukses


   Berawal dari karyawan biasa, lalu pindah kerja karena bangkrut. Kini, ia sukses menjalankan usahanya sendiri. Lulus dari STM di Ciamis, Jawa Barat, Dede Achmad Mugiono mencoba mengadu nasib ke kota Bandung. 

   Di kota kembang ini ia diterima di sebuah pabrik garmen sebagai teknisi listrik. Pekerjaan ini ia lakoni selama 12 tahun, mulai dari karyawan biasa hingga kepala bagian. Karena pabriknya bangkrut, Dede terpaksa berpindah-pindah kerja. 

   Di perusahaan terakhir, Dede juga melihat akan mengalami hal yang sama. Hingga suatu hari bosnya berkata; "Dede, kamu ini sebenarnya orang pintar dan tidak pantas jadi karyawan." Ketika tempat kerjanya bangkrut, Dede mendapat pesangon Rp 1 juta dan tambahan dari bosnya Rp 1 juta. 

   "Saya sadar jika uang segitu jika dibelanjakan akan habis dalam hitungan hari," kenang Dede. Uang Rp 1 juta itu lalu ia gunakan untuk membayar uang muka motor sebagai modal usaha. Dengan motor itu menawarkan jasa servis ke perusahaan-perusahaan garmen. 

   Karena kegigihan dan layanan yang memuaskan, dalam waktu tidak lama ia sudah mempunyai 6 pelanggan pabrik garmen dengan total jumlah mesin jahit sekitar 200 biji. Penghasilan dari jasa servis itu cukup lumayan dan bisa untuk menopang hidupnya. 

   Suatu hari rekan kerjanya menawari kerja sama membuka usaha konveksi. Kerjasama ini sifatnya barter, si rekan ingin memanfaatkan ilmu dan pengalaman Dede dalam bisnis garmen. Dede menyambut suka cita tawaran itu dan menaruh harapan besar dari usaha baru ini. 

   Dengan modal Rp 50 juta, ia mulai membuka usaha konveksi dengan membeli mesin jahit dan bahan produksi. Mesin jahit tersebut tidak semua dijadikan alat produksi. Jika ada yang butuh, mesin itu dijual kembali. Tidak lama, usaha Dede menuai sukses. 

   Produknya mampu menembus Amerika. Namun di saat ia menikmati kesuksesan, sesuai kesepakatan awal, temannya akan menarik modal tersebut. "Saya sudah siap mandiri, bagaimana dengan Pak Dede?  Kapan kira-kira Pak Dede siap?" Ungkap sang rekan kala itu.

    Tentu saja itu menjadi pukulan berat bagi Dede. Apalagi saat itu pesanannya mulai ada tanda-tanda menurun setelah tragedi runtuhnya menara WTC di Amerika tahun 2001. Tragedi itu secara langsung berimbas pada kegiatan perekonomian negeri Paman Sam, tidak terkecuali produk garmen. 

   Namun sang rekan masih berbaik hati dengan memberi kesempatan Dede selama tiga bulan lagi. Kesempatan tersebut ia manfaatkan untuk mencari keuntungan sebanyak-banyak sebagai  modal ketika sang rekan betul-betul memutus kerjasama. 

   Kerja keras Dede membuahkan hasil. Ia berhasil memperoleh keuntungan Rp 7 juta. Uang tersebut ia gunakan membeli mesin jahit sebanyak 10 buah. Ia pun dengan berani mengontrak rumah sebagai tempat usaha sebesar Rp 5 juta pertahun. "Alhamdulillah, kontraknya tidak dibayar dimuka," kenangnya. 

   Seiring dengan waktu, usaha konveksi dan jual beli mesin jahit Dede mulai berkembang. Karena merasa cukup modal, akhirnya tahun 2005 ia mendirikan CV Tunas Utama Mesin sebagai payung usaha. Dengan bendera ini, ia mulai bermain pada skala yang lebih besar. 

   Tahun 2007, ada sebuah pabrik garmen mengalami pailit. Pabrik tersebut banyak masalah dan sang pemilik kabur sebelum menyelesaikan urusan dengan karyawannya. Tidak ada perusahaan atau pemilik modal yang mau mengambil alih. 

   "Padahal sebenarnya pabrik tersebut masih punya aset ratusam mesin jahit senilai 200 juta rupiah", jelas Dede. Pihak manajemen sendiri ingin menjual mesin jahit tersebut secara borongan. Lagi-lagi tidak ada pihak yang berani atau tertarik untuk membelinya. 

   Dengan niat ingin menolong, Dede menawarkan diri untuk membelinya. Meskipun ia sendiri tidak mempunyai uang sebanyak itu. Ia hanya mempunyai uang Rp 25 juta dan sisanya dibayar dengan cara mencicil. Di luar dugaan tawaran Dede disetujui oleh pihak manajemen. 

   Dan hebatnya, dalam tempo satu bulan pembayaran bisa lunas. Kini, usaha Dede terus berkembang. Jumlah karyawannya 8 orang. Omsetnya sudah mencapai ratusan juta rupiah tiap bulannya. Ketika ditanya, ia enggan menyebutkannya secara pasti. Tapi yang jelas setiap bulannya Dede mampu mengangsur ratusan juta. 

   "Nggak tahu ya berapa omsetnya, yang jelas tiap bulan saya membayar kewajiban kepada rekan bisnis 400 juta rupiah", jelasnya. 

Sedekah Kulkas 

   Keberhasilan Dede dalam berbisnis ternyata dilandasi oleh semangatnya yang merasa tidak pernah rugi dalam berbisnis. Menurutnya, perkataan rugi berarti tidak yakin bahwa rezeki datangnya dari Allah atau ber-su'uzhan (berburuk sangka) kepada Allah. 

   Baginya, berbisnis atau berdagang harus berprinsip selalu untung. "Untung tidak diartikan secara materi semata, namun karena berdagang adalah diniatkan sebagai ibadah maka keuntungan tersebut bisa berupa pahala, hubungan silaturahim maupun kemudahan lainnya", ujarnya. 

   Selain itu, Dede juga punya keyakinan bahwa dalam menjalankan bisnis tidak boleh melupakan zakat dan sedekah. Ini yang ia buktikan. 

   Suatu saat pada bulan Ramadhan, ia membaca di koran ada panti asuhan anak membutuhkan alat rumah tangga. Dede langsung teringat pada kulkasnya. Ia kemudian mensedekahkan kulkas tersebut kepada panti asuhan itu. 

   Setelah kejadian tersebut Dede banyak mendapat kemudahan dalam bisnisnya. Antara lain, ia mendapat order yang tidak terduga sebelumnya. Beberapa relasinya yang mempunyai hutang kepadanya, membayar dengan tunai. "Padahal saya sudah lupa utang mereka", terangnya. 

   Sejak itu, ia semakin yakin bahwa zakat, infak, dan sedekah pasti akan diganti oleh Allah dengan yang lebih banyak lagi. Setelah kejadian itu, ia pun dengan senang hati meminjamkan rumahnya ke sebuah panti asuhan untuk beberapa tahun, "Kita harus yakin dengan janji Allah, bukan sekadar di akhirat, di dunia kita sudah bisa merasakan. Apalagi dengan menyantuni anak yatim, doa-doa mereka akan menjadi kekuatan bagi kita. Jadi jangan ragu untuk berbagi," saran bapak empat anak ini. 

   Kedermawanan Dede tidak sekadar menjadi donatur sebuah panti asuhan saja, namun sudah beberapa tahun ini dirinya beserta istri juga tengah mengasuh beberapa anak yatim dan dhuafa. Setidaknya ada 40 anak asuh yang mereka santuni. 

   Sebagian besar mereka masih tinggal bersama keluarganya. "Supaya mereka tidak terpisah atau tercabut dari kasih sayang keluarganya," jelas Dede. Selain itu, ia pun selalu berusaha melaksanakan  ibadah sebaik mungkin. Dari hasil usahanya itu, ia bersama istrinya bisa menunaikan haji ke Baitullah. "Dengan banyak bersedekah, Insya Allah usaha kita akan dilancarkan oleh Allah," pungkasnya.

Ngadiman, Bahrul Ulum

Suara Hidayatullah Edisi 07 | Nopember 2012 | Hal 54 - 55

Dikutip ulang dari @bundaniq (Follow us)

*** 
(AniqAds. Amalia #04)
 
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Random Post

  • Aniq Uniq ~ Koko Umar (Seri Sahabat Rasul)
  • Belajar Cinta Dari Cicak
  • Aniq Uniq ~ Gamis Rayon Black Stone
  • Aniq Uniq ~ Gamis Rayon Etnic 3
  • Sungguh  “Aku mencium bau Surga!”
  • Dampingi Anak Beranjak Dewasa
  • Tidak Ada yang Sia-sia
  • Cara Halal Memuaskan Suami Ketika Istri Haid
  • Google + Aniq Uniq
  • Saling Menguatkan Saat Cobaan Menerpa
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Aniq Uniq - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template